Ahad 23 Aug 2020 21:54 WIB

Pahala Beriman kepada Allah

Orang-orang mukmin adalah semua umat Nabi Muhammad SAW.

Orang beriman yang paling tinggi derajatnya adalah mereka yang paling dicintai oleh Allah SWT.
Foto: Republika/Tahta Aidilla/ca
Orang beriman yang paling tinggi derajatnya adalah mereka yang paling dicintai oleh Allah SWT.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Dr KH Syamsul Yakin MA

 

Secara sosio-antropologis, orang-orang yang beriman kepada Allah SWT itu membentang dari masa Nabi Adam hingga masa sekarang ini. Mereka akan mendapatkan pahala sesuai kadar perbuatan masing-masing. Mereka adalah orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani, dan orang-orang Shabiin.

Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja di antara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka.” (QS. al-Baqarah/2: 62).

Menurut Ahmad Mushthafa al-Maraghi dalam Tafsir al-Maraghi yang dimaksud dengan orang-orang mukmin adalah orang-orang yang membenarkan ajaran agama yang dibawa Rasulullah SAW dari Allah SWT.  Dengan kata lain, orang-orang mukmin adalah semua umat Nabi Muhammad SAW.

Sedangkan orang-orang Yahudi, bagi Sayyid Quthb dalam Tafsir fi Zhilal al-Qur’an, adalah orang-orang Yahudi yang telah kembali kepada Allah SWT. Dalam Tafsir Munir, Syaikh Nawawi Banten memaknai orang-orang Yahudi adalah orang-orang yang beragama Yahudi, sesuai maknanya secara bahasa.

Dalam ayat ini, bagi Wahbah al-Zuhaili dalam Tafsir Munir,  yang dimaksud dengan orang-orang Nasrani adalah para pengikut Nabi Isa.  Disebut demikian karena mereka dinisbatkan kepada tempat di Palestina yang bernama Nashirah dimana Nabi Isa pernah tinggal di sana. Nashirah seringkali diucapkan dengan Nazareth.

Terakhir, orang-orang Shabiin, dalam pandangan Sayyid Quthb, adalah orang-orang yang meninggalkan agama nenek moyang mereka. Pendapat ini lebih kuat ketimbang pendapat yang beranggapan bahwa mereka adalah penyembah binatang, malaikat, dan planet. Mereka berasal dari satu sekte kaum Nasrani.

Semua agama yang telah disebutkan tidak dapat dijadikan dasar bahwa semua agama itu sama. Tidak logis kalau kenyataannya saat ini pandangan akidah dan praktik ibadah mereka berbeda-beda. Oleh karena itu, menurut Sayyid Quthb, ayat ini berlaku bagi orang-orang Yahudi, Nasrani, dan Shabiin sebelum diutusnya Nabi SAW.

Mereka semua bias  saja mendapat pahala dari Allah SWT, menurut pengarang Tafsir Jalalain, asal pada masa Nabi SAW hidup mereka benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh. Mereka itu, tulis Syaikh Nawawi Banten, adalah orang seperti Salman al-Farisi dan Abu Dzar al-Ghifari.

Pandangan seperti ini sesuai dengan konteks sosio-historis turunnya surat al-Baqarah ayat 62 ini, seperti dikutip Imam Jalaluddin al-Suyuthi dalam Lubab al-Nuqul fi Asbab al-Nuzul. Salman al-Farisi berkata, “Aku bertanya kepada Nabi SAW mengenai para penganut agama yang dulu satu agama denganku.

Aku juga menanyakan kepada Nabi SAW mengenai shalat dan ibadah  mereka. (Sebagai jawaban atas pertanyaan Salman al-Farisi), maka turunlah ayat, “Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin …” (QS. al-Baqarah/2: 62). Mereka juga mendapat pahala.

Namun orang dari kalangan agama apa saja yang saat ini tidak beriman kepada Allah SWT dan tidak beribadah seperti yang diajarkan Nabi SAW bukan orang yang akan mendapat pahala berupa surga kelak di akhirat. Sebelum masa Nabi SAW beriman kepada Allah SWT bisa pada  agama apa saja, tapi tidak untuk saat ini.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement