Jumat 07 Aug 2020 08:02 WIB
Masjid babri

Masjid Babri Jadi Kuil Rama: Apa Modi Mengubah Arah India?

Apakah Modi Mengubah asas India dari negara sekuler menjadi negara Hindu?

Polisi berjaga pada waktu peletakan batu pertama pembangunan kuil dewa Rama oleh Perdana Menteri India, Narendra Modi, di Ayodya.
Foto:

Penduduk Muslim sendiri di Ayodya, meski hanya sebagian minoritas tapi pengaruhnya signifikan bagi perdagangan di sana. Bisnis kota bergantung pada pengrajin Muslim ini, mulai dari penjual susu hingga penjual bunga.

Namun sejak terjadi aksi kekerasan di Masjid Babri pada tahun 1990-an, mulai saat itu telah terjadi eksodus keluarga Muslim di sana. Ini karena ancaman kekerasan di kota sepi tapi sensitif yang berada di tepi sungai yang dinamakan Sarayu itu. Sejarah juga mencatat pada hari ketika masjid Babri dibongkar, saat itu sedikitnya ada 24 Muslim tewas dan puluhan rumah milik masyarakat dibakar. Peristiwa ini kemudian memicu eksodus yang berakibat semakin mengurangi populasi Muslim di Ayodhya.

Saat ini, Muslim yang bertahan hidup di Ayodya, seperti Abid Khan, terus menjalani profesu membuat sandal kayu. Alas kaki ini kebanyakan diperuntukan olehsejumlah besar pertapa dan biksu Hindu yang tinggal di sana.

"Saya memiliki seorang pekerja Hindu yang membantu saya, keadaan di kota hari ini memang masih damai. Tetapi kenyataannya kami tidak tahu siapa yang harus dipercaya lagi karena kami telah dikhianati sebelumnya pada tahun 1992," kata Khan.

[Valay Singh/Al Jazeera]

  • Keterangan foto: KK Nigam, yang memiliki toko sepatu di sepanjang jalan utama Ayodhya tidak begitu yakin tentang masa depannya sendiri [Valay Singh / Al Jazeera]

"Lebih dari lima generasi keluarga saya telah tinggal di sini tetapi dengan tangisan sebagai akibat upata menciptakan 'India Hindu' yang semakin keras. Saya tidak tahu berapa lama kita bisa bertahan di sini,'' ujarnya lagi.

Khan juga mengaku bila kuil Dewa Rama itu dibangun, bisnisnya juga akan terganggu oleh rencana pembangunan. Ini juga dirasakan penduduk Muslim di tempat lain di India saat ini, namun kekhawatiran Khan terasa lebih mendasar.

Di toko gelang populer, pasangan ayah-anak dari Haji Salim dan Abdul Kalim lebih berhati-hati menanggapi soal ini. Namun, sikap mereka menyuarakan keprihatinan serupa. "Akan jauh lebih baik jika keputusan pengadilan adil," kata Kalim kepada Al Jazeera.

"Selama bertahun-tahun sekarang, umat Islam tidak membeli tanah di kota ini. Faktanya, mereka hanya menjual dan kemudian pergi. Namun, jika keadaan nanti tetap tidak berubah, kita juga harus memutuskan tentang masa depan kita."

[Valay Singh/Al Jazeera]

  • Keterangan foto: Akan jauh lebih baik jika keputusan pengadilan adil, kata Haji Salim [Valay Singh / Al Jazeera]

Koeksistensi yang harmonis

Ironisnya, fakta yang tidak cukup dibicarakan di bawah pemerintahan BJP adalah bahwa kenyataan bila sebagian besar kuil Ayodhya dibangun di atas tanah yang disumbangkan oleh penguasa Muslim di abad ke-18 dan ke-19.

Sejumlah masjid, makam, mausoleum, dan kuburan kota ini adalah bukti bisu dari sejarah Islam yang kaya dan merupakan simbol hidup berdampingan yang harmonis antara umat Hindu dan Muslim di kota itu dan India. Namun, kini nyatanya telah terjadi hilangnya tempat ibadah Islam dalam rencana pembangunan kota senilai hampir 300 juta dolar AS itu.

Anil Singh, seorang penulis yang berbasis di Ayodhya, melihat ini sebagai bagian dari skema sayap kanan Hindu untuk melenyapkan masa lalu kehidupan multi-kultur kota itu. "Pergilah sedikit lebih dalam ke Ayodhya dan Anda akan melihat begitu banyak warisan Hindu-Muslim," katanya.

"Umat Hindu di sini beribadah di kuil Sufi seperti Badi Bua yang dianggap sebagai santo pelindung kota. Tapi, Anda tidak akan mendengar tentang makamnya dalam rencana pemerintah."

Pengabaian terhadap kaum Muslim terlihat di desa di mana pemerintah provinsi yang dikuasai BJP telah memberikan tanah untuk masjid tersebut di bawah putusan Mahkamah Agung. Sementara pemerintah daerah tidak meninggalkan kebutuhan bisnis yang terlewat untuk memastikan peletakan batu fondasi kuil Ram bahkan selama pandemi sekalipun. Bahkan kini belum menunjukkan kekuatan yang sama untuk memulai pembangunan masjid baru. Suasana di desa Dhannipur misalnya, benar-benar terasa gelap.

Beberapa warga yang berbicara dengan Al Jazeera menyatakan ketidaksenangannya. Pasalnya, mereka menyatakan karena pemerintah tidak berkonsultasi dengan warga sebelum memutuskan untuk mengalokasikan tanah untuk masjid di desa mereka.

"Kami tidak ingin ada masalah di sini dan Mahkamah Agung meminta masjid dibangun di atas tanah di dalam Ayodhya, bukan di sini yang berjarak sekitar 20 km dari sana," Mohammad Zubair mengatakan kepada Al Jazeera.

Dan memang selama beberapa tahun terakhir, rasa keterasingan dan rasa takut yang belum pernah terjadi sebelumnya telah mencengkeram minoritas India, khususnya kaum Muslim.

Seorang cendikiawan, Zoya Hasan, menyatakan bila partau BJP telah mengatur kembali pemerintahan India sebagai negara nasionalis Hindu otoriter. "Secara politis, tiga peristiwa - putusan Ayodhya, pencabutan status khusus dan kenegaraan Kashmir, dan Undang-Undang Amandemen Kewarganegaraan - menantang fondasi inti republik India," ujarnya.

Dia pun mengatakan, upacara (peletakan baru pertama pembangunan kuil dewa Rama) di Ayodhya yang secara terbuka melibatkan mesin negara adalah momen yang dianggap menenangkan, Namun ini menandai pembongkaran asas republik asli dari India dan tanda dimulainya republik baru."

Indian security forces guard the Babri Mosque in Ayodhya, Oct. 29, 1990, closing off the disputed site claimed by Muslims and Hindus. The dispute is at the center of a major religious and political st

  • Keterangan foto: Petugas polisi tengah menjaga masjid Babri pada 29 Oktober 1990, atau dua tahun sebelum masjid ini di bom oleh masa Hindu. [File: Barbara Walton/AP Photo]

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement