REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Lebanon nampaknya harus berjuang menghadapi kehancuran, setelah ledakan besar-besaran yang terjadi di Ibu Kota Beirut pada Selasa (4/8). Insiden yang terjadi, tepatnya di area pelabuhan telah membuat sedikitnya 100 orang tewas dan ribuan lainnya terluka.
Asap terlihat masih mengepul dari pelabuhan, di mana terdapat gundukan besar, seperti lubang, tempat ledakan terjadi. Jalan-jalan utama di pusat kota dipenuhi puing-puing dari kendaraan rusak dan bangunan.
Banyak laporan orang hilang pasca-insiden sehingga keluarga dan kerabat mencari melalui media sosial untuk membantu menemukan orang yang mereka cintai. Di Instagram, terdapat laman berjudul "Locating Victims Beirut" yang muncul dengan foto-foto orang hilang dan pembawa acara radio membaca nama-nama orang yang hilang atau terluka sepanjang malam.
Banyak warga pindah dengan teman atau kerabat setelah apartemen mereka rusak dan merawat luka-luka mereka sendiri karena rumah sakit sedang kewalahan. Hingga saat ini belum jelas apa yang menyebabkan ledakan itu.
Insiden yang terjadi merupakan ledakan paling kuat yang pernah terjadi di Beirut, di mana Lebanon pernah mengalami parang saudara pada 1975 hingga 1990. Tak hanya itu, negara ini juga mengalami konflik dengan Israel, serta pengeboman berkala dan serangan teror.
Sebelum ledakan terjadi, Lebanon sudah berada diambang kehancuran di tengah krisis ekonomi yang parah yang telah memicu protes massa dalam beberapa bulan terakhir. Banyak rumah sakit di negara Timur Tengah itu menghadapi lonjakan kasus infeksi virus corona jenis baru (Covid-19) dan ada kekhawatiran virus itu dapat menyebar lebih lanjut ketika orang-orang membanjiri rumah sakit.
Rumah Sakit Universitas Saint George, salah satu rumah sakit swasta utama di Beirut yang telah menerima pasien Covid-19, keluar dari tugasnya pada Rabu (5/8) setelah ledakan karena mengalami kerusakan besar. Seorang dokter yang mengidentifikasi dirinya sebagai Emile mengatakan 16 staf dan pasien, termasuk empat perawat, tewas dalam insiden itu.
Menteri Dalam Negeri Lebanon Mohammed Fahmi mengatakan kepada sebuah stasiun TV lokal ledakan disebabkan oleh lebih dari 2.700 ton amonium nitrat yang telah disimpan di sebuah gudang di dermaga sejak disita dari sebuah kapal kargo pada 2014. Amonium nitrat adalah bahan umum dalam pupuk tetapi bersifat sangat eksplosif.
Ini pernah digunakan dalam pengeboman Oklahoma, Amerika Serikat (AS) pada 1995. Saat itu, sebuah bom truk yang berisi 2.180 kilogram pupuk dan bahan bakar minyak menghancurkan gedung federal, menewaskan 168 orang dan melukai ratusan lainnya.
Meski demikian, belum ada bukti ledakan di Beirut adalah serangan. Video menunjukkan apa yang tampak seperti api yang meletus di dekat situ sebelumnya dan stasiun TV lokal melaporkan ada gudang kembang api.