Ahad 02 Aug 2020 22:16 WIB

Eropa Blokir Telegram ISIS, Lari ke Media Sosial Apa Lagi?

ISIS menggunakan platform media apapun untuk tarik simpatisan baru.

Rep: Dea Alvi Soraya/ Red: Nashih Nashrullah
ISIS menggunakan platform media apapun untuk tarik simpatisan baru. Logo Aplikasi Telegram
Foto: Youtube
ISIS menggunakan platform media apapun untuk tarik simpatisan baru. Logo Aplikasi Telegram

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON— Kelompok teroris Negara Islam Irak Suriah (ISIS) dilaporkan berjuang untuk mendapatkan kembali pijakan pada jaringan sosial utama di tengah kontrol yang lebih ketat dari perusahaan teknologi dan militer Amerika Serikat. 

Badan penegak hukum Uni Eropa, Europol, mengatakan, selama 2019, kelompok itu telah mencoba mengakses sejumlah platform media sosial. Telegram, yang sebelumnya merupakan sumber utama propaganda teroris online, menurut Europol, telah menghapus lebih dari 5.000 akun dan bot teroris. 

Baca Juga

Europol mencatat, sejak itu, para pendukung ISIS telah beralih ke layanan yang lebih terbatas, seperti TamTam dan Hoop Messenger yang berbasis di Rusia, yang diselenggarakan di Kanada. Ekstremis juga telah mengeksplorasi penggunaan layanan obrolan yang dirancang untuk pengembang blockchain. 

Pemanfaatan platform TamTam oleh anggota ISIS telah menimbulkan kegelisahan penggunanya, mulai dari klaim bahwa TamTam adalah malware Rusia hingga akses pengintaian ke semua akun di perangkat yang telah terinstal TamTam.  

Namun sejak Oktober tahun lalu, tepatnya ketika Pasukan Amerika Serikat membunuh Abu Bakar al-Baghdadi, pemimpin kelompok Negara Islam, gerakan komunitas teroris itu mulai menggeser strategi komunikasinya. 

"Propaganda telah berusaha untuk menunjukkan bahwa itu tetap menjadi ancaman, meskipun yang de-teritorialisasi tetapi yang bisa berkumpul kembali di masa depan," kata Europol yang dikutip di Cyberscoop, Ahad (2/8).

"Lebih dari al-Baghdadi, itu adalah gagasan kekhalifahan yang akan terus menarik simpatisan potensial," pungkas Europol.

Sumber: https://www.cyberscoop.com/islamic-state-propaganda-telegram-europol/  

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement