Rabu 15 Jul 2020 06:52 WIB

Suasana Saat Sultan Muhammad II Sholat di Hagia Sophia

Saat hendak sholat di Hagia Sophia, Sultan Muhammad II memukul anak buahnya.

Suasana Saat Sultan Muhammad II Sholat di Hagia Sophia. Foto: Hagia Sophia, Istanbul, Turki.
Foto: Wikimedia
Suasana Saat Sultan Muhammad II Sholat di Hagia Sophia. Foto: Hagia Sophia, Istanbul, Turki.

REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Di hari penaklukan Konstantinopel, pada 29 Mei 1453 khususnya setelah memasuki waktu Zuhur, masuklah Sultan Muhammad II Al Fatih (Sultan Mehmed II/Sultan Muhammad II) ke dalam kota itu dengan serba kebesaran. Diiringkan oleh para orang besar dan ulama.

Dikutip dari buku Sejarah Umat Islam yang ditulis oleh Prof Hamka (Buya Hamka), pekik Allahu Akbar terdengar di kiri kanan jalan, tempat bala tentaranya berdiri menyambut kedatangan baginda yang mengendarai kudanya yang bernama 'Jambulat'. Sultan memasuki kota dengan langkah yang tenang dan bahagia.

Baca Juga

Tidak terlihat kesombongan pada wajah Sultan. Bahkan, sesampai di hadapan gereja besar Hagia Sophia, baginda turun dari kudanya dan sujud ke bumi mengucapkan syukur kepada Allah dan diambilnya segenggam tanah, lalu disiramkannya ke kepalanya sendiri sebagai wujud merendahkan diri kepada Ilahi.

Seketika baginda masuk ke dalam gereja yang bersejarah itu, terlihat beberapa orang yang taat beribadah sedang menengadah ke langit, di bawah pimpinan pendetanya, bersembahyang dengan sangat khusyuk memohonkan perlindungan dan biarlah mati dalam keadaaan sembahyang. Kebetulan pada saat itu hari sembahyang sedang memperingati orang suci mereka yaitu Santa Theodosie.

Baginda Sultan Muhammad II tertegun melihat orang-orang yang sembahyang dengan khyusuk. Saat Sultan tertegun, terdengar olehnya bunyi orang sedang memukul-mukul bangunan gereja dan mengganggu kekhusyukuan orang yang sedang beribadah.

Rupanya, itu adalah kegiatan tentara Turki Utsmani sedang memukul sebuah tonggak marmer gereja. Sultan pun marah dibuatnya.

"Apa maksudmu berbuat begitu?" tanya Sultan.

"Bukankah saya ini seorang Muslim. Bukankah semuanya ini berhala tempat kafir menyembah selain Allah!" jawab tentara itu.

Mendengar jawaban itu, terlihatlah wajah Sultan marah. Diambilnya palu dari tangan serdadu itu dan dihayunkan ke kepalanya sambil berkata dengan marah.

"Tidak boleh merusak tempat ibadah," kata Sultan.

Sikap Sultan yang demikian itu mengherankan orang-orang kristen yang sedang berdoa tersebut. Mereka lalu tidak ragu untuk mendekati Sultan.

Mereka tidak menyangka Sultan berbuat baik dengan menghormati peribadatan mereka.

Pada waktu itu dinyatakanlah oleh Sultan dengan terus terang, bahwasanya gereja-gereja yang ada di Konstantinopel tetaplah menjadi gereja, kecuali beberapa buah yang akan dijadikan masjid. Yang terutama adalah Hagia Sophia sendiri.

Pada waktu sudah menunjukkan waktu Ashar di hari itu juga, maka Sultan sholatlah di gereja itu dan menjadikannya sebagai masjid dan meresmikan namanya menjadi Hagia Sophia. Setelahnya, segala tanda-tanda bekas peribadatan agama sebelumnya, disingkirkan.

Dari gereja yang telah diubah menjadi masjid itu, Sultan meneruskan perjalannya ke dalam Istana Kaisar. Sampai di dalam terharulah Sultan melihat istana yang dulunya penuh kebesaran, sekarang telah terlihat muram, karena kepungan sembilan bulan dan sebelum itu Konstantinopel telah miskin pula, sehingga banyak inventaris istana yang terjual.

 

sumber : Sejarah Umat Islam / Prof Hamka (Buya Hamka)
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement