Selasa 30 Jun 2020 13:04 WIB

Rumah Zakat Targetkan 1 Juta Superqurban

Indonesia harus meningkatkan kesiapsiagaan terhadap kemungkinan kerawanan pangan

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Gita Amanda
Rumah Zakat targetkan 1 juta Superqurban.
Foto: Rumah Zakat
Rumah Zakat targetkan 1 juta Superqurban.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Covid-19 yang menjadi pandemi global tidak hanya berdampak pada kesehatan tapi juga pada ekonomi, sosial hingga ancaman krisis pangan dunia.

Menurut CEO Rumah Zakat, Nur Efendi, sebagai negara yang juga tengah berjuang melawan pandemi Covid-19, Indonesia harus meningkatkan kesiapsiagaan terhadap kemungkinan terjadinya potensi kerawanan pangan yang bersifat transien sebagai dampak pandemi Covid-19.

Baca Juga

Mengatasi hal itu, Rumah Zakat (RZ) memberikan solusi dalam ketahanan pangan dan pemenuhan gizi masyarakat yang membutuhkan di masa pandemi melalui program Superqurban.

"Kami targetkan tahun ini bisa mendistribusikan 1 juta paket Superqurban dalam bentuk kornet dan rendang. Ini setara 20 ribu hewan qurban," ujar Nur kepada wartawan, Selasa (30/6).

Menurut Nur, Rumah Zakat ingin memberikan manfaat yang luas pada program qurban ini. Targetnya, daging kurban tersebut akan didistribusikan pada masyarakat yang terdampak covid-19. Karena, krisis ekonomi ini dekat dengan krisis pangan. Jadi, Rumah Zakat ingin mempermudah masyarakat dalam mengakses pangan.

"Pendistribusian paket qurban ini, prioritas utama kami ke masyarakat yang terdampak Covid-19," katanya.

Selanjutnya, kata dia, daging akan didistribusikan ke daerah rawan pangan yang belum ada aktivitas penyembelihan hewan qurban. Misalnya, ke Indonesia timur dan pulau-pulau terluar di Indonesia untuk pemenuhan gizi di daerah tersebut.

"Selain itu, kornet qurban juga kita siapkan untuk cadangan bencana. Kan tak tahu bencana datangnya kapan," kata Nur seraya mengatakan, kornet dan rendang qurban ini selalu menjadi hidangan istimewa untuk pengungsi korban bencana karena bisa siap makan.

Superqurban, kata dia, merupakan program optimalisasi kurban dengan mengolah dan mengemas daging kurban menjadi cadangan pangan dari protein hewani dalam bentuk kornet ataupun rendang yang tahan hingga tiga tahun.

“Dengan Superqurban jutaan ton daging qurban yang habis tiga hari dapat dioptimalkan menjadi cadangan makanan sebagai ikhtiar terwujudnya ketahanan pangan Indonesia," katanya.

Selain memperhatikan aspek syariah, kata dia, di masa pandemi ini pengelolaan qurban dilakukan dengan memperhatikan protokol kesehatan yang mengacu pada SE Direktorat Jenderal peternakan dan kesehatan hewan Kementrian Pertanian tentang pelaksanaan kegiatan qurban dalam situasi wabah Covid-19.

Pengelolaan hewan qurban, kata dia, hingga penyembelihan dilakukan di peternakan yang professional dengan penerapan protokol kesehatan seperti pengecekan suhu badan untuk petugas pemotongan, penerapan physical distancing, penggunaan APD (masker, sarung tangan dan baju khusus), penerapan cuci tangan, hingga penyemprotan disinfektan.

Nur menjelaskan, proses pengolahan daging kurban menjadi rendang dan kornet juga mengikuti standar kesehatan Covid-19. Selain itu dengan inovasi Superqurban, pembagian daging qurban tidak akan menimbulkan kerumunan di masyarakat karena Superqurban didistribusikan langsung oleh para Relawan Rumah Zakat secara merata kepada masyarakat terdampak Covid-19, masyarakat yang membutuhkan di kawasan tertinggal, terluar dan terdepan Indonesia, serta daerah yang terkena bencana.

Selama 2019, kata dia, Rumah Zakat telah menyalurkan 394.208 paket Superqurban, Sedangkan dari Januari hingga Mei 2020 146.518 paket Superqurban telah disalurkan di berbagai wilayah dari Aceh hingga Papua, termasuk kepada masyarakat yang terdampak Covid-19.

“Superqurban menjadi salah satu upaya untuk membantu masyarakat yang terdampak Covid-19 terutama mereka yang pendapatannya berkurang selama pandemi. Superqurban akan terus didistribusikan sepanjang tahun untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat di masa-masa sulit," paparnya.

Sementara menurut Wakil sekretaris MUI KH Arwani Faishol, saat pandemi Covid-19 ini banyak orang kehilangan pekerjaan. Qurban yang hukumnya, Sunnah muakad sangat diperlukan dalam kondisi masyarakat yang kesulitan secara ekonomi.

"Masyarakat yang kesulitan, perlu refresh makan yang nikmat. Jadi, tak usah diuangkan harus dalam bentuk penyembelihan. Ini yang harus diperhatikan. Kenapa tak bisa diganti dengan uang, karena dalam Alquran jelas, disebut tegas qurban itu hewan ternak," paparnya.

Arwani menjelaskan, dalam Alquran jelas, kalau berqurban itu kambing bisa untuk satu orang, sapi untuk tujuh orang, dan unta untuk tujuh sampai 10 orang. "Di sebut tegas, hewan ternak. Kalau menyembelih qurban itu di Idul Adha dan zakat identik dengan Idul Fitri. Jadi tak dalam bentuk uang kemudian dibagi-bagi," katanya.

Menurut Arwani, pelaksanaan kurban memang harus memperhatikan protokol kesehatan. Yakni, memperhatikan physical distancing dan meminimalisir orang berkerumun. "Terima kasih klo Rumah Zakat bisa menyelenggarakan qurban. Bisa melaksanakan perintah agama tak ada kerumunan berarti semua selamat dari Covid-19. tetap harus menjaga protokol kesehatan," katanya.

Arwani berharap, semua ulama bisa terus memotivasi masyarakat untuk menumbuhkan semangat berqurban di masa pandemi. "Idul Adha hari makan nikmat. Jangan sampai sepi ibadah qurban ini. Seberapa pun yang dikeluarkan dengan ikhlas, InsyaAllah, Allah akan mengganti," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement