REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengurus Besar (PB) Wanita Al Irsyad kembali mengadakan silaturahim virtual. Ketua Umum PB Wanita Al Irsyad, Fahimah Askar mengatakan, kegiatan ini dilakukan semata-mata agar para anggota PB Wanita Al Irsyad dapat mengisi masa-masa transisi menuju era new normal dengan kegiatan positif.
"Kegiatan ini dilakukan untuk mengisi waktu di tengah pandemi sehingga kita dapat menjadikan waktu ini lebih bermanfaat," ujar Fahimah dalam sambutannya di acara virtual Taklim Kajian dan Silaturahmi Wanita Al Irsyad Nasional, Selasa (30/6).
Dewan Pakar PB Wanita Al Irsyad Sofiah Balfas yang saat itu diamanatkan menjadi narasumber, menyampaikan beberapa keajaiban puasa yang dia rasakan, baik dari pengalaman pribadi, dan sejumlah buku yang telah dibacanya. Sofia memulai ceritanya dengan kisah perjuangannya melawan penyakit autoimun yang dideritanya.
"Saya punya pengalaman sakit yang cukup lama dan sulit didiagnosa oleh dokter. Saya sudah berobat di Eropa dan Singapura, tapi masih ada penyakit yang belum dapat terdeteksi. Hemoglobin saya selalu rendah karena saya anemia zat besi," ujar Sofiah Balfas kepada lebih dari 150 anggota PB Wanita Al Irsyad yang terhubung melalui aplikasi Zoom dan siaran langsung Youtube.
Sofiah menjelaskan, kurangnya zat besi dalam tubuh dapat berujung pada penyakit-penyakit kronis dan berbahaya. Kekurangan zat besi selalu identik dengan kadar hemoglobin yang rendah, dan menyebabkan tubuh lemas dan rentan terserang penyakit.
"Suami saya pun juga begitu, dia punya gula darah yang tinggi, dan sudah menahun sakitnya," tambahnya.
Bagi Sofiah dan suami, puasa adalah suatu hidayah yang diberikan Allah SWT sebagai solusi atas persoalan kesehatannya selama ini. Dia dan suami mulai bertekad menjalankan puasa Senin dan Kamis, meski dia akui pada pekan-pekan pertama rasanya sangat sulit.
"Saat pertama mencoba puasa sampai puasa kesepuluh rasanya sengsara sekali, apalagi saya dan suami juga bekerja, dan godaannya berat sekali," kata Sofiah.
Dia mengatakan begitu masuk bulan keempat, obat gula darah yang biasanya jadi asupan wajib suami saya, berangsur-angsur dikurangi dosisnya oleh dokter. "Dan pada bulan ketujuh, suami saya benar benar bisa lepas dari obat itu," ujarnya.
Sofiah mengatakan, hingga kini, terhitung sembilan tahun sejak dia dan sang suami mulai rutin berpuasa, suaminya sudah tidak pernah mengonsumsi obat-obatan apa pun. Bahkan gejala darah tinggi yang sebelumnya diidap sang suami seolah hilang entah kemana.
"Keajaiban puasa yang saya dan suami saya rasakan, setelah bukan ketujuh rutin puasa Senin Kamis, penyakit suami saya sudah tidak pernah kambuh lagi dan tidak mengonsumsi obat apa pun, bahkan hingga sembilan tahun terakhir ini," kata Sofiah.
Keajaiban puasa, bukan hanya dirasakan suami Sofiah, namun juga dirinya pribadi. Sebagai pengidap penyakit autoimun dengan kadar hemoglobin yang tidak pernah melebihi 9, awalnya Sofia mengaku ragu untuk mulai meningkatkan ibadah puasanya dari puasa Senin dan Kamis menjadi puasa Nabi Daud (selang-seling).
"Setelah mulai meningkatkan puasa menjadi puasa Daud, hemoglobin saya meningkat drastis, awalnya hanya 9, lalu setelah bulan keempat, Hb saya jadi 14. Padahal Hb saya itu naiknya sulit sekali, dan karena rutin puasa, Hb saya benar-benar meningkat, dan dari situ saya merasakan keajaiban puasa," kata Sofiah.