REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Aksi Cepat Tanggap (ACT) memberangkatkan tiga armada kemanusiaan untuk memasifkan penanganan imigran Rohingya. Humanity Food Truck, Humanity Water Truck, dan sebuah pikap kabin ganda diberangkatkan langsung dari Wakaf Distribution Center di Gunung Sindur, Parung, Kabupaten Bogor, menuju Lhokseumawe, Aceh Utara.
Daryadi Kuncoro dari Tim Disaster Emergency Response Aksi Cepat Tanggap menerangkan, tiga armada kemanusiaan tersebut akan mendukung pelayanan dapur umum dan aksi dermawan dalam memenuhi kebutuhan pengungsi Rohingya. Humanity Food Truck akan menyediakan hidangan bergizi dan Humanity Water Truck akan mendukung kebutuhan air bersih bagi rombongan "manusia perahu" yang menepi di Pulau Seunuddon itu.
"Atas dukungan Sahabat Dermawan, kami berikhtiar memberikan yang terbaik. Sejak beberapa tahun sebelumnya, kejadian serupa, Aksi Cepat Tanggap juga melakukan aksi-aksi kemanusiaan untuk membantu etnis Rohingya," tutur Daryadi.
Ia mengatakan, dalam pemberangkatan bantuan ini, selain armada kemanusiaan yang telah dipastikan kondisinya, para relawan yang bertugas pun telah melakukan tes cepat dan mengantongi surat keterangan sehat dan hasil tes. Mereka juga dibekali perlengkapan kesehatan, seperti masker dan penyanitasi tangan.
"Di tengah pandemi Covid-19 ini, kami juga tetap mengikuti peraturan yang berlaku," ujar Daryadi. Tim pun diperkirakan akan tiba di Lhoksumawe dalam waktu 3-4 hari.
Per Ahad (27/6), pengungsi Rohingya saat ini berada di kantor bekas imigrasi, di Kabupaten Aceh Utara. Pemerintah Aceh meminta seluruh lembaga kemanusiaan untuk berperan. Tim ACT pun terus berkomunikasi dengan lembaga berkait.
Langkah ACT dalam membantu pengungsi Rohingya sudah dilakukan sejak 2012, berlanjut pada 2015 ketika ratusan pengungsi Rohingya terdampar di Aceh Utara. ACT juga hadir langsung di Bangladesh saat eksodus besar-besaran etnis Rohingya pada Agustus 2017 lalu, sejumlah bantuan, mulai dari pangan, beaguru, hingga tempat tinggal ACT kerahkan.
Hingga kini, beragam bantuan untuk pengungsi Rohingya mulai dari pangan, kesediaan sumber air melalui sumur wakaf, pendidikan melalui berguru dan pengiriman mushaf Alquran, terus dilakukan, baik kepada mereka yang terisolasi di Rakhine, Myanmar, atau pun di kamp pemgungsian di Cox's Bazar.