REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Masjid merupakan etalase umat Islam sehingga anak-anak mudanya harus berperan sebagai penggerak dan pelopor kebangkitan ekonomi umat di Masjid.
Masjid juga harus makmur, yang konsekuensinya akan berdampak pada kemakmuran para jamaah.
Demikian pembahasan yang mengemuka dalam diskusi peringatan hari lahir ke-48 Dewan Masjid Indonesia (DMI). Acara peringatan milad ini diselenggarakan Pemuda DMI bekerjasama dengan berbagai organisasi pemuda masjid di Jakarta, Senin (22/6) malam.
Peringatan ultah atau tasyakuran DMI ala pemuda ini mengangkat tema "Ngopi New Normal, Ngobrol Santai Bangkit dari Masjid".
Hadir pada pertemuan tersebut Ketua Pemuda DMI Arief Rosyid, Ketua Umum ISYEF Atras Mafazi, Ketua Umum JPRMI Jose Hayatullah, dan Ketua PRIMA DMI Ahmad Arafat.
Hadir pula Stafsus Peningkatan Pengusaha Nasional BKPM, Pradana Indraputra, influencer yang juga pengusaha muda Taqy Malik, dan beberapa perwakilan pemuda Islam. Pertemuan yang dihelat di halaman Masjid Cut Meutia, Menteng, ini dibuka Arief Rosyid.
Dalam sambutannya Arief mengatakan, peluang pemuda mendorong kebangkitan ekonomi umat dari masjid terbuka lebar dengan melakukan sinergi dan kolaborasi potensi yang ada. "Jangan lupa, kita lahir dan besar mengabdi di masjid, sehingga wajah masjid direpresentasikan kita semua yang hadir di sini," tutur dia.
Arief, yang juga sebagai Koordinator Gerakan Bangkit dari Masjid, menyampaikan banyak pengusaha dan tokoh muda dari masjid yang lahir setelah tiga tahun terakhir narasi kebangkitan ekonomi umat dari masjid digalakkan. Menurutnya, banyak pengusaha dan tokoh muda dari masjid yang mulai muncul.
"Pandemi Covid-19 ini adalah momentum besar untuk mendorong sebesar-besarnya ekonomi umat, contohnya telah banyak lahir inisiatif dari pemuda Islam untuk bertahan hidup hingga membantu saudaranya yang kesulitan," kata Komisaris Independen Bank Mandiri Syariah itu dalam keterangan tertulis yang diterima, Selasa (23/6).
Sementara itu, Pradana Indraputra mengatakan, sebagai pemuda yang dibesarkan masjid, maka benar bahwa pemuda seharusnya dituntut untuk berkontribusi bagi negara dan umat.
"Dari masjid kita berangkat, maka niat untuk terus memberi kontribusi bagi umat harus terus digalakkan, meski kita sulit beraktivitas akibat pandemi," ujar mantan Ketua Remaja Islam Masjid Cut Meutia ini.
Atraz Mafazi menambahkan, sebagai organisasi yang konsen pada kebangkitan ekonomi umat melalui masjid, ISYEF terus mendorong pemuda agar berwirausaha dan bermuara pada kesejahteraan masjid.
Saat ini ISYEF Point yang telah memiliki puluhan cabang di beberapa masjid terus membimbing para remaja agar memberdayakan masjid sebagai tempat menempa diri menjadi pengusaha sukses.
"Melalui ISYEF Point, kami mengharapkan tumbuh entrepreneur muda yang jujur, amanah dan peduli sesama. Semoga ikhtiar ini dapat menjadi landasan untuk kita sama-sama berbuat sesuatu, agar mampu membangkitkan umat dari masjid," pungkas Atraz.