Selasa 23 Jun 2020 05:19 WIB

Pesan untuk Ustadz Evie Effendi Soal Nishfu Syaban-Fatihah

Ustadz Evie membuat kontroversi soal Nishfu Syaban dan doa usai Fatihah.

Ustadz Evie membuat kontroversi soal Nishfu Syaban dan doa usai Fatihah.Membaca Alquran (ilustrasi)
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Ustadz Evie membuat kontroversi soal Nishfu Syaban dan doa usai Fatihah.Membaca Alquran (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Beredar video Ustadz Evie Effendi yang diunggah pada akun FB ceramah-ceremah Ustadz Evie Effendie pada 3 Mei 2020. Video itu pun kembali membuat kontroversi setelah mempermasalahkan beberapa hal khilafiyah dalam Islam. 

Dalam video teranyar Ustadz Evie kembali membuat kontroversi dan menuduh bidah sejumlah amalan yaitu Pertama, dalam video tersebut  mempersoakan hadits Nishfu Sya’ban dengan menyebut Nishu Syaban bidah dan haditsnya lemah semua. Dia meminta jamaah untuk membeli buku karangan Syekh Nashiruddin Al-Albani. 

Dalam video yang sama dia mempersoalkan permasalahan selanjutnya, yaitu bacaan doa:

Usai membaca surat Al-Fatihah. Lalu dia mengambil analogi kutil dan kulit menggunakan bahasa Sunda, kurang lebih maknanya: “Kutil itu kulit atau perkara luar?” Lalu dia mengutip ayat berikut: 

الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإِسْلاَمَ دِيناً

“Pada hari ini Aku telah sempurnakan bagi kalian agama kalian, dan Aku telah cukupkan nikmat-Ku atas kalian dan Aku pun telah ridha Islam menjadi agama bagi kalian.” (QS Al Maa’idah: 3)

Direktur Aswaja Center Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Surabaya, KH Ma’ruf Khozin, memberikan sejumlah saran kepada Ustadz Evie.   

“Saran saya Ustadz Evie fokus saja dakwah kepada pemuda hijrah, tidak perlu membahas tema-tema khilafiyah di antara umat Islam. Terlebih lagi ketika mengutip dari sumber rujukannya tidak akurat,” kata dia kepada Republika.co.id di Jakarta, Selasa (23/6). 

Kiai Ma’ruf mengatakan, dirinya  tidak akan berdebat dengan beliau soal hadits, karena melihat nyaris 'tidak ada yang ilmiah' dari penjelasan beliau. Beliau hanya taklid kepada Syekh Albani. Taklidnya pun tidak menyeluruh membaca kitab-kitab beliau. 

“Saya hanya merespon isu yang beliau sebarkan. Sebab jika tidak ada klarifikasi ilmiah maka mereka yang tidak tahu akan menganggap bahwa perkataan Ust Evie tersebut benar, padahal salah,” kata dia.  

Berikut ini sejumlah penjelasan tentang beberapa persoalan yang dipermasalahkan Ustadz Evie:  

1. Hadis Nishfu Sya'ban.

Menurut Ustadz Evie yang mengutip dari Syekh Albani dalam Kitab Silsilah Dhaifah bahwa hadis tentang Nishfu Sya'ban adalah dhaif. 

Dia mengingatkan Ustadz Evie, jangan cuma baca kumpulan hadits dhaif Syekh Albani. Syekh Albani juga punya kitab Silsilah Shahihah (kumpulan hadis Sahih versi Syekh Albani). Berikut saya kutipkan pernyataan beliau:

عَنْ مُعَاذِ بن جَبَلٍ عَن ِالنَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ يَطَّلِعُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَى خَلْقِهِ لَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَيَغْفِرُ لِجَمِيْعِ خَلْقِهِ إِلاَّ لِمُشْرِكٍ أَوْ مُشَاحِنٍ  

“Rasulullah Saw bersabda: “Sesungguhnya Allah memperhatikan hambanya (dengan penuh rahmat) pada malam Nishfu Sya’ban, kemudian Ia akan mengampuni semua makhluk-Nya kecuali orang musyrik dan musyahin (orang yang hatinya ada kebencian antarsesama umat Islam)”. 

قَالَ الْأَلْبَانِي فِي " السِّلْسِلَةِ الصَّحِيْحَةِ " 3 / 135 : حَدِيْثٌ صَحِيْحٌ ، رُوِيَ عَنْ جَمَاعَةٍ مِنَ الصَّحَابَةِ مِنْ طُرُقٍ مُخْتَلِفَةٍ يَشُدُّ بَعْضُهَا بَعْضًا وَهُمْ مُعَاذُ بْنُ جَبَلٍ وَأَبُوْ ثَعْلَبَةَ الْخُشَنِي وَعَبْدُ اللهِ بْنُ عَمْرٍو وَأَبُوْ مُوْسَى الْأَشْعَرِي وَأَبُوْ هُرَيْرَةَ وَأَبُوْ بَكْرِ الصِّدِّيْقُ وَعَوْفُ بْنُ مَالِكٍ وَعَائِشَةُ .

Syekh Al-Albani berkata: “Ini adalah hadits sahih. Diriwayatkan dari banyak sahabat dengan jalur riwayat yang berbeda-beda, yang saling menguatkan. Mereka adalah Muadz bin Jabal, Abu Tsa’labah al-Khusyani, Abdullah bin Amr, Abu Musa al-Asy’ari, Abu Hurairah, Abu Bakar ash-Shiddiq, Auf bin Malik dan Aisyah” (as-Silsilah ash-Shahihah 3/135) 

Dia menyarankan, sebelum mempelajari pendapat seseorang secara utuh dan menyeluruh sebaiknya jangan disampaikan dulu. 

“Andaikan Syekh Albani berada di pengajian Anda dan mendengarkan ceramah Anda saya yakin beliau protes: "Ust Evie, kau baca dulu kitab saya Silsilah Shahihah, Sahih Al-Jami' no hadits 2700 dan 7717, Shahih At-Targhib no hadis 1026, Sahih Ibni Majah no hadits 1390," kelakar Kiai Ma’ruf.

 

photo
Ilustrasi Berdoa di Masjid Kiblat Tain (Dua Kiblat) di Madinah - (Antara/Saptono)

2. Doa Robbi ighfir li Setelah Fatihah

Berikutnya soal doa setelah Fatihah dan sebelum Amin. Menurut Ust Evie adalah Bid'ah. Mari kita belajar lagi dalil dan riwayatnya: 

ﻭﻋﻦ ﻭاﺋﻞ ﺑﻦ ﺣﺠﺮ «ﺃﻧﻪ ﺳﻤﻊ ﺭﺳﻮﻝ اﻟﻠﻪ - ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ - ﺣﻴﻦ ﻗﺎﻝ: {ﻏﻴﺮ اﻟﻤﻐﻀﻮﺏ ﻋﻠﻴﻬﻢ ﻭﻻ اﻟﻀﺎﻟﻴﻦ} ﻗﺎﻝ: ﺭﺏ اﻏﻔﺮ ﻟﻲ ﺁﻣﻴﻦ».

Dari Wail bin Hujr bahwa ia mendengar ketika Rasulullah SAW membaca ayat ke 7 dari surat Fatihah Nabi membaca "Ya Tuhanku, ampunilah aku. Amin"

ﺭﻭاﻩ اﻟﻄﺒﺮاﻧﻲ ﻭﻓﻴﻪ ﺃﺣﻤﺪ ﺑﻦ ﻋﺒﺪ اﻟﺠﺒﺎﺭ اﻟﻌﻄﺎﺭﺩﻱ ﻭﺛﻘﻪ اﻟﺪاﺭﻗﻄﻨﻲ ﻭﺃﺛﻨﻰ ﻋﻠﻴﻪ ﺃﺑﻮ ﻛﺮﻳﺐ ﻭﺿﻌﻔﻪ ﺟﻤﺎﻋﺔ ﻭﻗﺎﻝ اﺑﻦ ﻋﺪﻱ: ﻟﻢ ﺃﺭ ﻟﻪ ﺣﺪﻳﺜﺎ ﻣﻨﻜﺮا

HR Thabrani, di dalamnya ada perawi Ahmad bin Abdul Jabbar Atharidi, dinilai tsiqah (terpercaya) oleh Daruquthni dan dipuji Abu Kuraib. Ia dinilai dhaif oleh segolongan ulama. Ibnu Adi berkata: Aku tidak menemukan baginya hadits munkar. Disampaikan ulama Syafi'iyah:

ﻳﺴﺘﺜﻨﻰ ﻣﻦ اﻟﺘﻠﻔﻆ ﺑﺸﺊ اﻟﺘﻠﻔﻆ ﺑﺮﺏ اﻏﻔﺮ ﻟﻲ، ﻓﺈﻧﻪ ﻻ ﻳﻀﺮ ﻟﻠﺨﺒﺮ اﻟﺤﺴﻦ: ﺃﻧﻪ - ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ - ﻗﺎﻝ ﻋﻘﺐ (ﻭﻻ اﻟﻀﺎﻟﻴﻦ) : ﺭﺏ اﻏﻔﺮ ﻟﻲ.

Larangan mengucapkan kalimat di dalam shalat mengecualikan doa Robbighfir Li. Ini boleh berdasarkan hadis Hasan bahwa setelah membaca ayat Fatihah Nabi membaca doa Robbighfir Li.

ﻭﻗﺎﻝ ﻋ ﺷ : ﻭﻳﻨﺒﻐﻲ ﺃﻧﻪ ﻟﻮ ﺯاﺩ ﻋﻠﻰ ﺫﻟﻚ: ﻭﻟﻮاﻟﺪﻱ ﻭﻟﺠﻤﻴﻊ اﻟﻤﺴﻠﻤﻴﻦ. ﻟﻢ ﻳﻀﺮ ﺃﻳﻀﺎ. اﻩ. 

Ali Syibramulisi berkata: Dianjurkan menambah doa "Dan untuk kedua orang ku dan semua umat Islam". Hal ini juga tidak apa-apa" (Hasyiatul Jamal 1/173)

Membaca doa secara khusus di dalam shalat juga diamalkan oleh seorang ulama mujtahid empat mazhab. Imam Ahmad berkata:

إني لأدعو الله للشافعي في صلاتي منذ أربعين سنة، أقول اللهم اغفرلي ولوالدي ولمحمد بن إدريس الشافعي

Artinya, “Aku berdoa kepada Allah untuk Syafi’i dalam shalatku selama empat puluh tahun. Aku berdoa, ‘Ya Allah ampunilah aku, kedua orang tuaku, dan Muhammad bin Idris As-Syafi’i.’” (Al-Baihaqi, Manaqib Al Imam Asy-Syafii 255).   

Sebelumnya Ustadz Evie yang dikenal sebagai figur ustadz hijrah itu pernah membuat kontroversi tentang tafsir surat Ad-Dhuha, dan menyatakan dulu Rasulullah SAW adalah sesat. Atas pernyataannya itupun, dia mengakui khilaf dan meminta maaf.  

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement