Sabtu 20 Jun 2020 14:38 WIB

Mengintip Toleransi Umat Muslim-Yahudi di Uni Emirat Arab

UEA menawarkan kebebasan beragama bagi warganya.

Rep: Zainur Mahsir Ramadhan/ Red: Ani Nursalikah
Mengintip Toleransi Umat Muslim-Yahudi di Uni Emirat Arab. Seorang anak bermain di pantai dengan latar belakang Burj al-Arab di Dubai, Uni Emirat Arab.
Foto: AP Photo/Jon Gambrell
Mengintip Toleransi Umat Muslim-Yahudi di Uni Emirat Arab. Seorang anak bermain di pantai dengan latar belakang Burj al-Arab di Dubai, Uni Emirat Arab.

REPUBLIKA.CO.ID, ABU DHABI -- David Zabinsky mengaku, setelah pindah ke Dubai dari Amerika Serikat (AS) sejak lima tahun lalu membuat iman Yahudinya menguat. Bagaimana tidak, meski saat di AS ia merayakan beberapa hari besar Yahudi, hanya di Dubai dia bisa merayakan Shabat (hari istirahat Yahudi) beserta hari libur besar lainnya dengan anggota komunitas Yahudi di Uni Emirat Arab (UEA).

"Cukup ironis dan mungkin indah, saya harus pindah ke Dubai untuk menjadi orang Yahudi yang lebih taat daripada di AS," kata Zabinsky seperti dikutip Al Arabiya, Jumat (19/6)

Baca Juga

Dia mengatakan, sebagai salah satu negara yang dipandang di dunia, UEA seharusnya mampu dicontoh negara-negara lain terkait kebebasan beragama. Atas dasar itu, sebagai satu dari ratusan Yahudi di UEA, dia hanya bisa berterima kasih kepada negara federasi dengan kekayaan minyak bumi itu.

"UEA dapat dan harus berfungsi sebagai model bagi dunia dalam hal penerimaan, keragaman, dan multikulturalisme," kata Zabinsky.

Asisten Menteri Urusan Kebudayaan UEA Omar Ghobash mengatakan, sebagai rumah bagi warga dari ratusan negara, UEA telah melaksanakan berbagai tradisi agama yang jumlahnya tak terhitung. Menurut dia, hal tersebut sebagai bentuk toleransi beragama yang nyata.

"Dengan menawarkan penduduk kebebasan dan ruang mempraktikkan agama tanpa batasan, UEA secara konsisten mengirim pesan perspektif dan pengalaman hidup sangat berarti dalam memperkuat pluralitas negara," kata Ghobash. 

Hal tersebut sejalan dengan aksi toleransı beragama di UEA pada pekan ini di Timur Tengah. Terlebih, ketika Ketua Liga Muslim Dunia Mohammed Al-Issa tengah memperjuangkan hubungan Muslim-Yahudi. Selain dari upaya Menteri Luar Negeri UEA Anwar Gargash, di Komite Yahudi Amerika yang menyerukan UEA terbuka dan memiliki tujuan atas kehidupan Yahudi di negara Islam Arab.

Menurut Rabi Amerika, Marc Schneier, toleransi UEA yang digalakkan pada 2019 lalu sangat berpengaruh untuk memulai toleransi lintas agama di negara tersebut. Terlebih pada saat itu, UEA juga telah mengizinkan pembangunan sinagog di Abu Dhabi.

"Menjangkau Yahudi di UEA merupakan bukti kepemimpinan baik di UEA, dan menunjukkan seberapa jauh hal itu datang," menurut Schneier.

Rabbi Levi Duchman, yang berbasis di Dubai mengatakan, penyambutan Yahudi di UEA kini tidak terbatas pada pejabat tinggi saja. Sebaliknya, kini telah meresap ke seluruh masyarakat UEA.

"Sebagai Rabi dari Komunitas Yahudi UEA - melihat langsung pelajaran tentang toleransi dan koeksistensi yang ditanamkan oleh para pemimpin- saya dapat dengan bangga mengatakan bahwa ini benar-benar awal dari era baru yang indah," kata Duchman.

Berdasarkan data Pusat Penelitian Pew, ada lonjakan permusuhan beragama di Timur Tengah dan Afrika Utara pada 2014. Bahkan, angkanya mencapai empat kali lipat dari rata-rata global. Tak hanya itu, jumlah pelecehan pada Kristen dan Yahudi juga meningkat terus.

Menanggapi data tersebut, Zabinsky menentang hal serupa terjadi di UEA. Ia menyebut, UEA kini, telah menjadi mercusuar bagi berbagai masyarakat beragama.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement