REPUBLIKA.CO.ID, Alquran menggambarkan kehidupan dunia ini seperti sebuah permainan dan sandiwara, yang aktor dan para pemainnya adalah makhluk yang bernama manusia, sebagaimana diungkapkan dalam QS al-Hadid: 20:
اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي الْأَمْوَالِ وَالْأَوْلَادِ
"Ketahuilah, sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah di antara kamu, serta berbangga-banggaan dengan banyaknya harta dan anak ..."
Karena bersifat permainan, banyak sekali hal yang tidak sesuai dengan realitas dan kenyataan, disarati dengan berbagai macam kepura-puraan. Bahkan, dalam sebuah hadits riwayat Imam Ahmad, dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda:
سيأتِي على الناسِ سنواتٌ خدّاعاتٌ ، يُصدَّقُ فيها الكاذِبُ ، ويُكذَّبُ فيها الصادِقُ ، ويُؤتَمَنُ فيها الخائِنُ ، ويخونُ الأمينُ ، وينطِقُ فيها الرُّويْبِضَةُ . قِيلَ : وما الرُّويْبِضةُ ؟ قال : الرجُلُ التّافِهُ يتَكلَّمُ في أمرِ العامةِ
"Sesungguhnya akan terjadi suatu masa yang penuh dengan tipu daya. Pendusta akan dianggap orang jujur, sedangkan orang jujur dianggap pendusta. Para pengkhianat dianggap amanah, sebaliknya orang yang amanah dianggap pengkhianat. Dan berbicara ruwaibidhah? Siapa Ruwaibidhah? Orang bodoh yang berbicara kepentingan orang banyak.''
Dalam realitas kehidupan, banyak sekali orang yang teperdaya dengan sandiwara-sandiwara itu, sehingga ia pun melacurkan diri dalam permainan tersebut, lalu mengambil jalan pintas untuk ikut berbangga-bangga dengan harta dan jabatan, seolah-olah itulah kehidupan yang sesungguhnya.
Segala macam cara dihalalkan untuk meraih hal tersebut. Bahkan, tidak jarang dilakukan upaya pembenaran terhadap perilakunya yang salah dan merusak kehidupan. Hukum dan aturan hanyalah dijadikan sebagai tameng yang bisa diperjualbelikan. Pengadilan pun tampak seperti sebuah dagelan dan permainan.
Kejujuran, amanah, dan tanggung jawab hanyalah dianggap sesuatu yang tidak mungkin terjadi, yang karena itu tidak perlu dipertahankan dan diperjuangkan. Mereka tidak sadar bahwa sandiwara itu tidak akan berlangsung lama. Karena bagaimanapun juga, kebatilan dan kezaliman akan dirasakan akibat buruknya, baik ketika di dunia ini, walaupun sifatnya sementara dan belum sesuai dengan tindakannya, ataupun di akhirat nanti yang bersifat abadi.
Bagi orang yang beriman, balasan yang sesungguhnya akan dirasakan di akhirat nanti di hadapan pengadilan Allah SWT, Zat yang Maha Adil, pengadilan yang mustahil bisa direkayasa. Setiap perbuatan pasti akan dibalas dengan balasan yang setimpal. Karena itu, orang yang beriman dengan keyakinan ini, tidak boleh frustrasi dan putus asa dalam memperjuangkan dan menegakkan amar ma'ruf nahi munkar, walaupun banyak menghadapi kepura-puraan dan ketidakpastian.