REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Said Aqil Siroj menegaskan perjuangan santri dalam melawan para penjajah. Hal ini disampaikan Kiai Said dalam acara Halal Bihalal Keluarga Besar TNI dan Polri bersama PBNU secara virtual, Selasa (9/6).
Kiai Said menjelaskan bahwa nasionalisme di Indonesia lahir dari hati seorang mukmin, yakni Hadratussyekh KH Hasyim asy'ari melalui ungkapan hubbul wathan minal iman. Artinya, nasionalisme bagian dari iman.
Menurut Kiai Said, Indonesia merdeka juga atas kegigihan banyak pihak, termasuk para kiai dan santri. Dari kalangan santri, Fatwa Resolusi Jihad yang dicetuskan KH Hasyim asy'ari menjadi pelecut semangat santri dalam melawan penjajah.
"Membela tanah air kata Kiai Hasyim Asy'ari wajib, fardlu 'ain bagi penduduk radius 80 kelometer dari Surabaya wajib angkat senjata, tidak pandang bulu, levelnya, atau derajatnya semua wajib melawan dengan senjata. Di luar radius 80 kilometer mendukung apa yang mereka miliki," ujar Kiai Said dalam siaran pers PBNU, Selasa (9/6).
Lebih lanjut, Pengasuh Pesantren Luhur Al-Tsaqafah ini mengatakan bahwa dalam berperang melawan penjajah santri hanya menggunakan senjata apa adanya. Banyak santri yang meninggal, termasuk santri yang membunuh Brigjen Mallaby, yakni seorang santri dari Pesantren Tebuireng bernama Harun.
Perjuangan santri tersebit kini telah diakui oleh pemerintah dengan menetapkan pada 22 Oktober sebagai Hari Santri. Karena itu, Kiai Said menyampaikan terima kasih atas apresiasi pemerintah kepada santri.
"Tanpa pengorbanan santri, tanpa Resolusi jihad KH Hasyim asy'ari, barangkali sejarah Indonesia berbeda dengan yang ada sekarang," kata Kiai Said.