REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO – Pemerintah Mesir akan membuka kembali masjid-masjid di negara itu. Namun demikian terdapat sejumlah catatan dari komite parlemen urusan Agama dan wakaf terkait rencana pembukaan kembali masjid-masjid di Mesir. Sejumlah anggota komite dalam pembahasan di parlemen memang mendukung rencana Kementerian Awqaf membuka lagi masjid.
Tetapi dengan syarat adanya keputusan dari Kementerian Kesehatan yang membenarkan bahwa virus corona tidak lagi ada atau menimbulkan ancaman.
Selain itu, ada beberapa aturan yang harus diikuti masjid-masjid di Mesir selama pandemi seperti melarang anak-anak ke masjid, mengenakan masker bagi jamaah, dan menutup atau tidak mengoperasikan toilet dan tempat wudhu, menjaga jarak sesama jamaah, membawa sajadah sendiri, serta batas waktu lama beribadah di masjid.
"Dengan membuka semua masjid, kita ingin berkontribusi terhadap berkurangnya pemasukan masjid-masjid. Karena bila kami membuka masjid, persentase jumlah jamaah akan meningkat. Lebih baik semua masjid beroperasi sambil menjalankan langkah tindakan pencegahan yang diperlukan untuk mencegah penyebaran virus," kata Sekretaris Komite, Omar Hamroush, seperti dilansir Arab News pada Kamis (4/6).
Hamroush juga menekankan perlunya membersikan masjid dengan disinfektan setelah sholat lima waktu. Dengan begitu bila Departemen Kesehatan Mesir memberikan lampu hijau, maka masjid-masjid yang ditutup sejak Maret karena pandemi Covid-19 akan kembali melayani jamaah.
Kendati demikian pengurus masjid akan menghadapi sejumlah peraturan yang dikeluarkan Menteri Agama, Endowmen Mohamed Mokhtar Gomaa. Kementerian Awqaf juga berencana mengatur tentang jarak jamaah yakni harus 1,5 meter antar jamaah dalam setiap shaf sholat.
Sementara itu Wakil Sekretaris Komite, Shoukry El-Gendy, mendukung rencana kementerian untuk membuka kembali masjid dan tempat ibadah yang lebih kecil atau zawiyah. Ia juga mendukung langkah-langkah pencegahan yang diusulkan. Meski demikian ia menambahkan bahwa hal tersebut tergantung pada masing-masing jamaah. “Kami mengandalkan kerja sama para jamaah dan pengunjung masjid,” katanya.
El Gandy menambahkan kekhawatiran tentang berkerumun akan berkurang karena jamaah bisa pergi ke masjid secara bergiliran. Kendati demikian keputusan untuk membuka masjid belum disahkan oleh pemerintah Mesir. Ini karena diskusi terbatas pada kementerian dan parlemen. Beberapa khawatir bahwa pembukaan masjid terlalu cepat dapat berkontribusi pada penyebaran virus.
Petugas medis yang bekerja di Rumah Sakit khusus karantina, Abdel-Samie Ahmed mengatakan bahwa setiap keputusan untuk membuka masjid harus dipelajari dengan hati-hati sesuai dengan instruksi yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan dan Organisasi Kesehatan Dunia yakni dengan mempertimbangkan peningkatan jumlah kasus virus corona di Mesir selama beberapa hari terakhir.
Pada Rabu (4/6) ada sebanyak 1.052 orang meninggal akibat Covid-19 dan sebanyak 27.536 terinfeksi. Ahmed juga mengatakan bahwa bila masjid dibuka, maka untuk mushola atau zawiyah harus terdapat keputusan berbeda terutama karena ruang yang terbatas dan kurangnya ventilasi yang tepat. Andrian Saputra