REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Pembahasan tentang pentingnya menjaga lidah dan bahaya tak terkontrolnya lisan seakan tiada habisnya.
Dalam kitab “Raudhah At Thalibin wa Umdat As Salikin”, Imam Ghazali membahas secara rinci tentang kepribadian manusia, cara bersikap, beribadah, dan beraqidah. Untuk menjaga sikap, misalnya Imam Ghazali mengupas tentang bahaya lidah.
Pembahasan ini sangat penting di zaman yang penuh olok-olok sekarang ini. Setidaknya ada 20 bahaya lidah yang diungkap Imam Ghazali, yang di antaranya berbicara tentang sesuatu yang tidak bermanfaat, berlebihan dalam berkata-kata, berbicara tentang hal-hal batil, mengundang permusuhan, berbicara terus menerus, berbicara kotor, dan mengumpat.
Imam Ghazali menjelaskan bahaya lidah tersebut secara rinci dalam kitabnya ini. Menurut Al Ghazali, ketika seseorang membatasi pembicaraan yang tidak bermanfaat, maka tidak berdosa dan tidak mendapatkan bahaya di dunia maupun akhirat. Sedangkan berbicara berlebihan merupakan pembicaraan yang melampui batas kebutuhan.
Al Ghazali juga menjelaskan tentang lidah yang kerap mengundang permusuhan (khusumah). Menurut dia, khusumah berarti kegaduhan dalam berbicara dengan mempertontonkan permusuhan, atau bertujuan menyakiti dan mengejek lawan dengan kata-kata menyakitkan yang tidak dia butuhkan guna mendukung argumentasinya.
Untuk menuntun umat Islam menuju kebenaran, Imam Ghazali juga menjelaskan agar seseorang selalu menjaga perutnya. Menurut Imam Ghazali, perut adalah tambang. Dari perutlah kebaikan atau keburukan bergerak ke seluruh anggota tubuh.
“Karena itu jika engkau berniat untuk beribadah kepada Allah, engkau harus menjaga perut dari makanan haram, subhat, atau sikap berlebihan,” kata Imam Ghazali.