Jumat 29 May 2020 04:31 WIB
Tuyul

Kitab Al-Adawiyah Hingga Tuyul Pada Krisis Ekonomi 1930

Kitab Al-Adawiyah Hingga kajian tuyul pada 1930.

Orang-orang mengantre di depan pegadaian Surabaya untuk memperoleh bantuan pada masa resesi 1930.
Foto:

Risiko yang dihadapi pemilik tuyul tersebut sebagaimana diberitakan majalah Tempo edisi 3 September 1983 terekam pada kitab tragis pasangan Kasmin dan Rasih dari Sidamulya, Bongas, Indramayu yang tewas karena dituduh memelihara tuyul. Kejadian ini bermula dengan banyaknya bayi yang meninggal dan diyakini masyarakat setempat sebagai imbalan yang harus dipenuh kedua pasangan suami istri ini.

Selain secara lokal di pulau Jawa hingga diketahui awal munculnya istilah “tuyul”, hasil kajian mimetik secara global dengan berpijak kepada tahun tahun 1929 juga menghasilkan pengetahuan bahwa tahun 1929 juga merupakan awal terjadinya krisis ekonomi dunia atau malaise yang juga melanda Hindia-Belanda. Krisis ekonomi dunia atau malaise ini merupakan akumulasi dari berbagai krisis ekonomi pasca meletusnya Perang Dunia I tahun 1914-1918.

Solo. Een alledaags stadsgezicht, het draagbare eethuis

  • Keterangan foto: Suasana keseharian rakyat di tahun 1920-an.

Dalam perang ini terdapat dua kubu yang berhadapan. Kubu yang satu terdiri dari Jerman, Austria, Bulgaria, dan Turki, sedangkan kubu lainnya meliputi 23 negara, antara lain: Inggris, Prancis, Rusia, Italia dan negara-negara Eropa lainnya serta AS dan Jepang.26 Setelah perang berakhir, secara perlahan- lahan koin emas dan koin perak diupayakan tidak berlakukan sebagai mata uang.

Hal ini karena negara-negara yang terlibat dalam perang dunia tersebut langsung terpuruk perekonomiannya kecuali Amerika Serikat yang paling terakhir terlibat perang. Akibatnya, poundsterling, franc, mark dan sebagainya yang telah terinflasi, mengalami penurunan nilai terhadap emas dan dolar AS sehingga kekacauan moneter pun meluas ke seluruh dunia.

Jerman yang kalah dalam perang tersebut menjadi negara yang paling menderita. Nilai mata uangnya pun turun sangat tajam sehingga 1 dolar AS bernilai 4.000.000.000 (empat milyar) mark Jerman. Menurut Adolf Hitler, pemimpin Partai Nasional Sozialismus (Nazi) dalam bukunya Mein Kampf (Perjuangan Pe- nulis), kesengsaraan yang diderita Jerman salah satunya karena bangsa Yahudi yang mendominasi aktivitas ekonomi di mana-mana.

Selain Jerman, negeri-negeri Eropa lainnya yang terlibat dalam Perang Dunia I juga berbagai keterpurukan, yaitu: 1) bidang pertanian menjadi terbengkalai sehingga menimbulkan bencana kelaparan karena kurangnya persediaan bahan makanan; 2) semua bidang perindustrian dialihkan hanya untuk industri perang; 3) perdagangan antarnegara terputus karena blokade dan perang laut; dan 4) hubungan dengan daerah-daerah seberang khususnya dengan daerah-daerah koloni terputus.

Keadaan ini menguntungkan AS karena sejak itu mereka menjadi produsen dan penyedia kebutuhan terbesar di Eropa, terutama ekspor alat-alat senjata dan perlengkapan perang serta bahan makanan. Selain itu, AS juga menjadi suplier bagi negeri-negeri di Pasifik, Asia dan Australia yang sebelumnya merupakan daerah pemasaran- pemasaran negara-negara industri Eropa Barat.

AS terus menerus meningkatkan produksinya baik di bidang pertanian (bahan pangan) maupun industri dan mengekspornya ke benua ini hingga over produksi. Hal ini karena negara-negara di Eropa berhasil memulihkan kembali industri dan pertaniannya sehingga tidak memerlukan lagi barang-barang dan bahan-bahan pangan dari AS.

Sejak awal tahun 1929, The Federal Reserve (Bank Sentral AS) menghentikan uang emas sebagai alat pemba- yaran. Lembaga ini mulai menarik peredaran uang kertas yang dijamin emas dari sirkulasi dan menggantinya dengan uang res- mi. Perekonomian AS pun akhirnya mengalami malapetaka yang di negeri ini dikenal dengan sebutan Great Depression.31 AS juga mengalami kehancuran bursa saham sehingga 40 persen nilai saham hilang. Berbagai perusahaan bangkrut, pabrik-pabrik tutup, bank-bank banyak yang gagal, dan pendapatan pertanian jatuh sampai 50% sehingga diperkirakan satu dari setiap empat orang AS menjadi penganggur.

Selama krisis tersebut, berbagai pemerintahan di seluruh dunia berusaha menemukan sistem baru untuk meningkatkan partum- buhan ekonomi mereka. Presiden Amerika Franklin Roosevelt mengambil langkah sebagai solusi mengatasi ambruknya pasar bursa saham setelah tahun 1929.33 Karena itu sejak krisis eko- nomi ini, uang kertas dolar cetakan tahun 1922 menjadi berbeda dengan cetakan tahun 192934. Pada uang kertas cetakan tahun 1922 terdapat tulisan “Ten Dollars in Gold Coin payable to the bearer on demand”.

Dengan demikian, uang kertas ini seperti kuitansi yang berisi keterangan kepemilikan 10 dolar dalam bentuk koin emas yang dititipkan dan disimpan di bank. Namun, pada uang kertas dolar cetakan tahun 1929, kata-kata tersebut diganti menjadi “Will pay to the bearer on demand” dan menghilangkan kata-kata “in gold coin”.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement