REPUBLIKA.CO.ID, Jakarta -- Jauh masuk ke permukiman padat penduduk di tengah ibu kota, masyarakat prasejahtera yang mencari nafkah dengan berdagang menjeritkan kegundahan. Mereka kini hidup dalam himpitan ekonomi di tengah pandemi, tanpa penghasilan yang pasti.
Seperti halnya Eni Yuniarti (50 tahun), yang sudah sebulan tidak berjualan. Penjualan semakin sepi sehingga tidak ada pemasukan untuk kehidupan sehari-hari.
“Kadang, saya sudah masak nasi banyak, cuma tidak ada pembeli,” cerita Eni Yuniarti (50), warga Kampung Muka, Kelurahan Ancol, Kecamatan Pademangan, Jakarta Utara. Ibu paruh baya itu menjadi tulang punggung keluarga. Ia berjualan nasi goreng di sisi rel KRL dekat Stasiun Kota.
Warung Eni buka sejak pukul lima sore hingga tengah malam. Sebelum pandemi Covid-19 dan pembatasan sosial berskala besar, Eni biasa memperoleh omzet Rp 400 ribu sehari.
“Sekarang Alhamdulillah masih dapat Rp 30 ribu, memang tidak balik modal. Itu pun buka sejak pukul lima sampai dua malam. Maka dari itu, jualan berhenti dulu,” lanjut Erni.
Sementara keadaan semakin tidak pasti, Eni harus memenuhi hidup keluarga dan membayar sewa rumah. Ia pun berpasrah mengandalkan bantuan dari tetangga sekitar.
Sementara suami Eni harus pulang kampung untuk menjalani pengobatan dan cuci darah setiap pekan. Biaya hidup di Jakarta yang tinggi tidak mampu dipenuhi. Sedangkan Eni tinggal bersama ibunya di sebuah kontrakan petak.
“Kalau ada modal lagi, saya tetap mau berjualan untuk menyambung hidup,” ungkap Eni.
Pada Sabtu lalu, tim program Aksi Cepat Tanggap (ASCT) turut hadir memberikan modal usaha untuk Eni melalui Program Sahabat Usaha Mikro Indonesia. Wahyu Nur Alim , Tim Program ACT berharap, modal tersebut bisa menjadi penyemangat Eni untuk kembali membuka usaha.
“Lebih lanjut, melalui program SUMI, penerima manfaat juga akan mendapatkan pendampingan pengembangan kapasitas usaha dari aspek spiritual dan manajemen wirausaha,” jelas Wahyu.
Vice President ACT Insan Nurrohman menjelaskan, Program Sahabat Usaha Mikro Indonesia adalah program pemberian sedekah modal kerja dan pendampingan untuk pelaku usaha ultra mikro yang terdampak pandemi Covid-19. Melalui pendampingan, penerima manfaat yang dalam satu wilayah kecamatan akan dibentuk kelompok sesuai dengan kluster usaha.
“Masih banyak usaha mikro yang belum memiliki fasilitas informasi terkait permodalan. Sebagian mereka juga belum mampu memisahkan keuangan usaha dengan kebutuhan harian rumah tangga. Mereka juga terjebak rentenir yang justru malah menyengsarakan kehidupan,” terang Insan.
Sahabat Usaha Mikro Indonesia pun punya sejumlah pencapaian antara lain, terbukanya jaringan kerja sama dengan komunitas UMKM di Indonesia, digitalisasi produk, dan terbentuknya kelompok Sahabat UMI tingkat nasional.