Senin 18 May 2020 15:41 WIB

ACT Resmikan Tujuh Sumur Wakaf di DIY

Hampir setiap kemarau Gunungkidul dan Bantul krisis air bersih

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Gita Amanda
ACT membangun sumur wakaf untuk membantu mengatasi kekeringan.
Foto: ACT
ACT membangun sumur wakaf untuk membantu mengatasi kekeringan.

REPUBLIKA.CO.ID, GUNUNGKIDUL -- Dampak kemarau tahun ini di DIY mulai diantisipasi Aksi Cepat Tanggap (ACT). Sebab, hampir setiap musim kemarau wilayah-wilayah seperti Kabupaten Gunungkidul dan Kabupaten Bantul rutin terjadi krisis air bersih.

Melalui Global Wakaf-ACT DIY, pembangunan sumur wakaf terus digiatkan untuk meredam dampak kemarau. Yang mana, tahun ini diperkirakan BMKG DIY terjadi mulai Mei 2020 dan puncaknya akan terjadi pada Agustus 2020 mendatang.

Baca Juga

Dinamai sebagai sumur wakaf karena terinspirasi dari kedermawanan Utsman bin Affan saat mewakafkan sumur raumah 14 abad lalu di Kota Madinah. Bahkan, hingga hari ini air bersihnya terus mengalir untuk kebermafaatan masyarakat.

Kepala Cabang ACT DIY, Bagus Suryanto mengatakan, berkat kepercayaan dari pewakif sampai saat ini ACT DIY telah membangun 28 unit sumur wakaf di DIY. Tidak cuma kebermanfaatannya bagi masyarakat memudahkan akses air bersih.

"Juga sebagai edukasi kita bersama karena wakaf itu selain pahalanya terus mengalir juga kebermanfaatannya nyata dirasakan," kata Bagus, Senin (18/5).

Pada Ramadhan kali ini, ACT DIY meresmikan sejumlah titik sumur wakaf. Ada di Desa Mertelu Kecamatan Gedangsari, Desa Plembutan Kecamatan Playen, Desa Watusigar Kecamatan Ngawen, dan di Desa Candirejo Kecamatan Semin.

Ada pula di Desa Muntuk Kecamatan Dlingo yang pembangunannya dimulai dari awal Ramadhan. Daerah yang dipenuhi membuahkan hasil, berhasil dibor dan mengeluarkan air di kedalaman 80 meter, jadi total ada tujuh titik sumur.

Sumur wakaf di Desa Muntuk, Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul, dibangun di lingkungan MTSN 8 Bantul. Guru MTSN 8 Bantul, Puji mengatakan, sekolah itu sendiri rutin kesulitan air bersih ketika musim kemarau tiba.

"Hanya untuk keperluan berwudhu saja anak-anak harus menempuh perjalanan dua kilometer ke sumber air, rata-rata sumur galian milik sekolah dan warga sekitar mengering," ujar Puji.

Kondisi serupa dirasakan masyarakat di Desa Mertelu, Kecamatan Gedangsari, Kabupaten Gunungkidul. Warga setempat, Subardi (45) menuturkan, dampak musim kemarau tahun lalu malah sudah membuat masyarakat setempat kekurangan air.

"Untuk kebutuhan air sehari-hari saja jika tidak ada bantuan air bersih dari pemerintah, warga sini harus membeli dari truk tangki swasta hingga Rp 350 ribu per tangkinya," kata Subardi.

Sumur wakaf yang dibangun di Desa Mertelu kali ini memiliki kedalaman 65 meter dan dilengkapi pompa air jenis jet pump dan torn penampungan kapasitas 5.000 liter. Secara bergantian warga mengalirkan air lewat pipa ke rumahnya.

Bagus menambahkan, ACT terus meminta doa dan dukungan dermawan semua agar dapat terus membangun sumur wakaf agar masyarakat tidak lagi kesulitan air bersih. Setelah ini, sudah ada program-program pembangunan sumur wakaf lain.

"Setelah ini kami juga akan membangun sumur wakaf di Desa Salam Kecamatan Patuk, Desa Tegalrejo Kecamatan Gedangsari, Desa Pacarejo Kecamatan Semanu dan akan terus membangun sumur wakaf dengan target minimal empat sumur tiap bulan," ujar Bagus.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement