Rabu 13 May 2020 18:29 WIB

Leluasanya Ibadah Umat Islam di Tengah Keberagaman Hong Kong

Umat Islam di Hong Kong dapat leluasa beribadah tanpa ada diskriminasi.

Umat Islam di Hong Kong dapat leluasa beribadah tanpa ada diskriminasi. Foto udara Kowloon Masjid and Islamic Centre  di distrik Tsim Sha Tsui di Hong Kong, Senin (21/10)
Foto: Ammad awad/Reuters
Umat Islam di Hong Kong dapat leluasa beribadah tanpa ada diskriminasi. Foto udara Kowloon Masjid and Islamic Centre di distrik Tsim Sha Tsui di Hong Kong, Senin (21/10)

REPUBLIKA.CO.ID, Komunitas Muslim telah ada di Cina sejak lebih dari seribu tahun yang lalu, dibawa komunitas pedagang Arab yang membawa barang-barangnya berjualan melintasi jalur sutra yang menghubungkan Cina dengan dunia barat.

Sementara di Hong Kong, perkembangan agama Islam mencapai puncaknya pada saat kedatangan Muslim Pakistan dan India yang dipekerjakan sebagai tentara Inggris untuk menjaga kawasan ini Hong Kong dulunya merupakan koloni Inggris sebelum diserahkan kembali ke Cina tahun 1997.

Baca Juga

Jumlah penganut Islam semakin berkembang pesat dengan banyaknya komunitas Cina minoritas yang masuk Islam. Kelompok Cina minoritas ini kemudian dikenal dengan nama "Hui".

Berdasarkan perkiraan pemerintahan Hong Kong, saat ini, penganut Islam di Hong Kong berjumlah sekitar 70 ribu orang. Mereka saling berbagi wilayah bersama komunitas Kristen, Buddha, dan Hindu. Karena itu, mereka sangat berhati-hati untuk tidak saling mengganggu satu sama lain. Itu sebabnya, adzan hanya boleh dilakukan terbatas di masjid saja.

Menurut salah satu tokoh Islam di Nathan Road, Hong Kong, Ahmed Cheung Wong Yee kini dikenal sebagai Imam Cheung, pemerintahan Hong Kong cukup akomodatif terhadap kepentingan kelompok Muslim. ''Mereka telah memberikan daging yang disembelih sesuai hukum Islam,''ujarnya.

Selain itu, masjid dan pusat kegiatan Islam cukup berkembang di kota ini. Setiap Jumat, Imam Cheung melayani jamaahnya di masjid Kowloon yang banyak didatangi umat Islam dari berbagai etnis. Sebagian dari mereka merupakan komunitas China, sisanya terbagi atas Muslim Asia Tenggara, Timur Tengah, Pakistan, India, dan Afrika   

Imam Cheung merupakan salah satu imam yang mengurusi masjid di Hong Kong. Ia memberikan kontribusi besar bagi pengembangan ajaran Islam di kota yang dulunya merupakan koloni Inggris ini. Meski sudah berusia lanjut, 82 tahun dengan tubuh rampingnya yang kini bungkuk, namun Imam Cheung masih saja tetap menjalankan tugasnya sebagai imam Masjid.

Meski pendengarannya semakin buruk, namun ingatannya masih sangat kuat dan pandangan matanya masih tajam menyiratkan rasa humornya yang tinggi di balik kacamatanya. Sang imam fasih berbahasa Arab dan telah menghabiskan sepanjang hidupnya sebagai Muslim taat. Ia juga menyebarkan ajaran Islam dan mengajarkan sejarah kehidupan Rasulullah SAW.

Imam Cheung besar dan belajar di kawasan Cina Selatan dekat pelabuhan Guangzhou, atau yang dikenal sebagai Canton. Ia menjadi imam mengikuti jejak ayah dan kakeknya yang juga seorang imam dan kini dimakamkan di sana.

Sejarah mencatat, perkembangan Islam di Cina sudah berlangsung sejak berabad-abad lalu. Dimulai saat Rasulullah mengirimkan tiga sahabatnya untuk mendatangi negeri Cina untuk menyebarkan ajaran Islam. Dua di antaranya meninggal di perjalanan, sementara satu orang lainnya tiba dan membangun tiga buah masjid, yang salah satunya ada di Guangzhou.

Hingga kini, masjid yang dibuat pada tahun 627 ini masih berdiri di Guangzhou. ``Setiap saya pergi ke Guangzhou, saya selalu berdiri menghadap menaranya,'' kata Cheung. Tahun 1942, pada usia 27 tahun, Imam Cheung diundang ke Hong Kong, berbarengan dengan pendudukan Jepang di wilayah itu. Ia kewalahan mengurusi jenazah prajurit yang Muslim karena keterbatasan kain dan kayu untuk peti. Bertahun-tahun kemudian, sang Imam masih menjalankan profesinya. Melayani umat Islam yang terus berdatangan ke Hong Kong.

 

sumber : Harian Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement