Rabu 13 May 2020 05:32 WIB

Hidayah Datang di Usia Senja, Maria: Hatiku Terpanggil

Maria dapat hidayah dan memeluk Islam ketika sudah berusia senja.

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti/ Red: Nashih Nashrullah
Maria lansia di Inggris memeluk Islam dan belajar meski sudah di usia senja.
Foto: Dok Istimewa
Maria lansia di Inggris memeluk Islam dan belajar meski sudah di usia senja.

REPUBLIKA.CO.ID, Hidayah akan diberikan Allah SWT kepada siapa pun, tak kenal asal-usul, etnis, bahkan usia. Hal ini sebagaimana pengalaman perempuan lanjut usia (lansia) bernama Maria. Ia berasal dari Essex, Britania Raya. 

Ya, Maria tidak pernah mengenal ibu atau ayah kandungnya sejak kecil. Sejak belia, ia diasuh di panti asuhan. Awalnya, ia tinggal di Liverpool hingga usianya beranjak 15 tahun. Setelah itu, ia hijrah dari satu kota ke kota lain untuk mencari penghidupan. Akhirnya, ia pun menetap di Essex hingga masa tuanya. Hingga hari tuanya, ia tidak pernah berkeluarga. Tidak pula memiliki anak keturunan. Bagaimanapun, teman-teman dan koleganya selalu menemaninya.

Baca Juga

Sejak 2019 lalu ia mengucapkan ikrar dua kalimat syahadat. Namanya pun berubah sedikit, yakni menjadi Maryam--pelafalan Arab untuk Maria--ibunda Nabi Isa AS.

Sebagai mualaf lansia, ia mendapat dukungan dan bimbingan dari Pusat Islam Redbridge (RIC) di kota setempat. Kisah perjalanan Maria memeluk Islam telah dipublikasikan lewat akun Instagram @mariam_revert

Sebelum bersyahadat, sebenarnya sedikit banyak dia telah mengetahui tentang Islam. Ketika di rumah, ia sering mendengar sedikit mengenai agama ini, tempat ibadahnya yang disebut masjid serta gaya hidup orang-orang Muslim (tidak mengonsumsi minuman keras atau daging babi).

Suatu peristiwa membuatnya tak sekadar mengetahui Islam, tetapi juga ingin mengikuti agama ini. Pada suatu sore di musim dingin, Maria melewati sebuah masjid. Ia cukup lama berdiri di teras, memandangi orang-orang sedang beribadah di dalamnya. 

Tiba-tiba, seorang perempuan dengan mengenakan hijab keluar dari masjid. Maria pun memberanikan diri untuk bertanya kepadanya, apakah boleh wanita tua seperti dirinya masuk ke dalam masjid. Ia menunjuk pada kepalanya yang tidak ditutup suatu kain.

"Awalnya kukira, aku akan diusir dan disuruh segera pulang. Namun, perempuan muda itu menyapaku dengan ramah dan mempersilakanku untuk masuk ke dalam masjid," kata Maria, seperti dilansir dari akun Instagram @mariam_revert, beberapa waktu lalu. Setelah disambut di dalam, Maria dipersilakan untuk duduk di kursi.

Perempuan itu pun memberikan penjelasan tentang apa saja yang sedang jamaah. Kebetulan, ketika Maria datang, orang-orang baru saja tuntas melaksanakan sholat Jumat.

Perempuan yang ditemui Maria itu juga menjelaskan alasan mengapa seseorang harus sholat menghadap Ka'bah. Ia juga menerangkan tentang ibadah sholat, gerakan-gerakan dan maknanya. Setelah mengamati beberapa waktu, Maria kemudian membungkuk dan bertanya bagaimana caranya untuk menjadi seorang Muslim.

Pertanyaan itu terlontar bukan sekadar main-main. Sebab, Maria melanjutkan, waktu itu hatinya merasa tersentuh dengan ibadah yang dilakukan jamaah masjid. Ia ingin mengikuti mereka dalam melaksanakan ritual yang menenteramkan itu. Ia yakin ingin mengisi sisa umurnya sebagai seorang Muslim.

Setelah itu, Maria mendapatkan penjelasan tentang arti menjadi seorang Muslim. Pertama-tama, ia harus mengucapkan dua kalimat syahadat. Asyhaduan Laa Ilaaha Illa Allah, wa asyhadu anna Muhammad Rasulullah. Maria awalnya merasa kesulitan melafalkannya. Bagaimanapun, imam masjid ini menuntunnya dengan pelan-pelan. Kalimat itu diterangkan pula makna dan artinya dalam bahasa Inggris. 

Imam masjid itu juga menjelaskan tentang sosok Nabi Isa AS atau yang dalam ajaran Nasrani disebut sebagai Yesus. Sebab, namanya merujuk pada ibunda Nabi Isa. Sebenarnya, Maria sendiri sudah mengetahui perihal ini. Namun, menurut dia, yang mengesankan adalah betapa ajaran Nabi Muhammad SAW dan Nabi Isa sesungguhnya sama, yakni, tauhid; beriman hanya kepada Allah Yang Maha Esa.

Pengalaman itu amat membekas di batinnya. Beberapa hari kemudian, Maria menuturkan, dirinya pun mengikrarkan syahadat di hadapan Imam Masjid RIC, Sanawaz. Momen bersejarah ini disaksikan dua orang Muslimah yang akhirnya menjadi sahabatnya, yaitu Mooneerah Salam dan Romana Rehman. "Berikrar syahadat merupakan murni panggilan hatiku," ujar dia. 

photo
Maria tak berputus asa untuk belajar Islam lebih dalam lagi. - (Dok Istimewa)

Ketika masuk ke masjid, Maria telah paham bahwa orang harus melepas alas kakinya dan perempuan mesti mengenakan penutup kepala. Oleh karena itu, saat bersyahadat, ia memakai kerudung dan menanggalkan sepatunya di luar. Semua dilakukannya atas inisiatif sendiri sehingga orang-orang di dalam masjid terkejut melihatnya.

Sebelum bersyahadat, jamaah masjid bertanya kepada Maria tentang keluarganya. Maria menjelaskan, ia tidak memiliki keluarga. Jamaah pun merasa terenyuh melihat adanya seorang lansia datang ke masjid untuk memeluk Islam.

Sejak menjadi mualaf, Maria menerima banyak sambutan hangat dari warga Muslimin setempat. Tak sedikit yang mengundangnya untuk makan siang bersama di rumah. Maria sangat terharu. Pada titik ini, ia menyadari bagaimana rasanya memiliki keluarga. ”Aku merasa senang memiliki keluarga-keluarga baru dalam hidupku,” ujar dia. 

Untuk mendukung semangat Maria dalam belajar Islam, para aktivis RIC menggalang donasi atas nama mualaf ini. Maria merasa sangat bahagia atas inisiatif tersebut.

Bagi pihak RIC, mualaf seperti Maria perlu selalu mendapat pendampingan dan persahabatan. Apalagi, perempuan itu telah lanjut usia dan tak memiliki keluarga, termasuk anak. Maka dari itu, donasi untuknya pun diniatkan sebagai bantuan rutin keuangan yang dapat menunjang kehidupan sehari-hari sang mualaf.

Uniknya, dana yang telah terkumpul atas nama Maria ini juga disalurkan dalam bentuk pembelian pohon zaitun seharga 10 poundsterling (sekitar Rp 188 ribu). Pohon-pohon itu bukan untuknya, melainkan warga Palestina. Maria mengusulkan hal ini agar sedekahnya pun sampai kepada orang-orang yang lebih membutuhkan, yakni rakyat Palestina.

Untuk Ramadhan tahun ini, RIC berharap dapat mengumpulkan donasi atas nama Maria hingga 600 poundsterling atau sekitar belasan juta rupiah. Mengapa pohon zaitun? Maria mengatakan karena pohon itu adalah pohon yang menjadi sumber makanan, pendapatan, dan obat bagi rakyat Palestina. Selain itu, zaitun pun disebutkan tujuh kali dalam Alquran.

Tanaman yang diberkati ini adalah bentuk besar dari sedekah jariyah dirinya pada hari tua. Dengan sedekah pohon zaitun yang dapat dipanen dan terus tumbuh hingga lebih dari seribu tahun, diharapkan pahala untuk Maria juga akan terus mengalir hingga hari akhir.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement