REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Salam pembaca,
Mulai pekan ini dan selama bulan Ramadhan, redaksi akan menayangkan tanya jawab seputar zakat bersama Bapak Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM, selaku Ketua Dewan Penasehat Syariah Dompet Dhuafa.
Pertanyaan:
Assalamu’alaikum wr wb.
Bagaimanakah cara menghitung zakat mal yang benar? Unsur-unsur apa saja yang dihitung dalam zakat mal?
Terima kasih atas jawabannya.
Ghazzan Abiyasa,
Jawab:
Wa’alaikumsalamwarahmatullahiwabarakatuh
Allah SWT mewajibkan kita (ummatan muslimatan) supaya mengeluarkan zakat mal apabila syarat wajib zakat telah terpenuhi. Zakat mal -zakat selain zakat fitrah- pada dasarnya terdiri dari berbagai macam jenis zakat. Masing-masing memiliki ketentuan yang berbeda. Adapun macam-macam zakat mal antara lain zakat emas, perak dan sejenisnya, zakat pertanian dan perkebunan, zakat perniagaan, zakat peternakan, serta zakat pertambangan. Termasuk juga zakat penghasilan. Hanya saja, untuk konteks Indonesia, istilah zakat mal identik dengan zakat harta kekayaan berupa tabungan, uang, perdagangan atau pun emas dan perak.
Untuk zakat emas, perak,uang dan perdagangan, nishab-nya adalah senilai dengan 85 gr emas. Emas yang menjadi standar adalah emas murni. Sedangkan nilai zakat yang dikeluarkan sebesar 2,5 persen. Sebagai ilustrasi, bapak/ibu A/W memiliki uang tunai atau emas senilai Rp 80 juta. Ia juga memiliki aset lancar perniagaan senilai Rp 20 juta.
Total kekayaan yang sejenis berarti nilainya Rp 100 juta. Ini artinya, harta tersebut telah mencapai nishab. Cara menghitung zakatnya Rp 100 juta x 2,5 = Rp 2.5 juta. Untuk zakat mal, baik perdagangan, peternakan, emas, perak, surat berharga dan tabungan, dikeluarkan sekali setiap tahun.
Berbeda dengan zakat pertanian, yang dikeluarkan setiap kali panen dan kalau mencapai nishab yakni sekitar 653 kg beras. Adapun terkait dengan zakat mal, apabila nilai akumulasi kekayaan wajib (emas, tabungan, surat berharga ) mencapai 85 gram emas atau senilai dengannya, dikeluarkan zakatnya 2,5 persen.
Wallahu a’lam.