Rabu 29 Apr 2020 17:00 WIB

Mengapa Tawuran di Jalanan Mesir Terjadi Saat Ramadhan?

Tidak adanya zat kafein dan nikotin bisa merubah suasana hati orang.

Rep: Ali Yusuf/ Red: Muhammad Hafil
Mengapa Tawuran di Jalanan Mesir Terjadi Saat Ramadhan? Foto:  Street food Ramadhan di Kairo Mesir
Foto: Arabnews
Mengapa Tawuran di Jalanan Mesir Terjadi Saat Ramadhan? Foto: Street food Ramadhan di Kairo Mesir

REPUBLIKA.CO.ID, CAIRO--Menurut petugas kesehatan, larangan mengonsumsi tembakau, kafein, makan dan minuman di siang hari menjadi salah satu alasan mengapa tawuran di jalanan Mesir meningkat pada bulan Ramadhan. Menurut dr. Ahmed El-Zonfoly alasan di balik kemarahan itu, terutama pada siang hari di bulan Ramadhan, adalah orang-orang mengalami gejala akibat penghentian kebiasaan buruk.

Pada saat Ramadhan, Muslim memang dilarang makan dan minum antara matahari terbit dan matahari terbenam.

Baca Juga

"Selama bulan suci dan tidak adanya zat seperti kafein dan nikotin mengubah suasana hati orang-orang," katanya seperti dikutip situs ArabNews, Rabu (29/4).

El-Zonfoly mengatakan, bahwa para perokok merasa malas, tidak aktif, pemarah, dan tidak mau bekerja sewaktu berhenti merokok. Menurut dia, semakin lama mereka tidak merokok, semakin sering mereka khawatir dan menjadi.

Namun, pendapat El-Zonfoly dibantah Direktur pusat kesehatan psikologis di Kairo, dr. Ashraf El-Kurdi. Menurut Ashraf tidak benar bahwa ada hubungan antara meningkatnya ketegangan di saat Ramadhan. Kerena kegugupan atau kecemasan tidak ada hubungannya dengan puasa.

"Akan tetapi lebih berkaitan dengan kebiasaan tidak sehat orang-orang sebelum dan setelah Ramadhan yang mendadak dihentikan karena puasa," katanya.

Dia mengatakan penelitian telah menunjukkan bahwa air berperan besar dalam cara otak berfungsi karena otak 75 persen air. "Tidak minum air selama puasa dapat mengalami kerusakan sel otak, yang menyebabkan kegugupan, keresahan, konsentrasi rendah, dan kadang-kadang halusinasi," katanya.

Selain itu banyak bergadang atau kurang tidur menjadi salah satu alasan yang juga menyebabkan kecemasan selama puasa. Menurutnya, banyak faktor yang menyebabkan orang kurang tidur, di antaranya karena bekerja atau menonton TV terlalu banyak larut malam.

Dalam kasus ini, jam-jam siang hari menjadi lebih sulit diatur, khususnya dengan hanya beberapa jam di antara iftar dan suhoor. "Padahal, tidur lebih awal dapat menghasilkan hasil positif yang mencakup suasana hati yang lebih baik,"  kata dr Ashraf El-Kurdi.

Kepada Arab News, Omar El-Tawansy  menyampaikan, bahwa ketika orang yang berpuasa marah, stres atau cemas, ekskresi adrenalin dalam tubuh meningkat dalam darah, yang bisa mencapai 20 atau 30 kali lebih tinggi dari normal.

Menurut dia, jika hal ini terjadi selama puasa, tekanan darah arteri dapat meningkat, yang membuat jumlah darah ke jantung dan juga meningkatkan detak jantung. 

Jika sebuah baris meledak pada tengah hari atau pada sore hari, sisa persediaan glikogen yang terlarut dalam hati, protein tubuh terlarut dalam asam amino, dan asam lemak yang lebih banyak teroksidasi. Si tubuh yang tidak normal ini menaikkan glukosa dalam darah sehingga memungkinkan tubuh lebih banyak energi untuk bertarung. 

"Jadi energi terbuang percuma," kata El.

Ia menambahkan bahwa hormon adrenalin dapat menyebabkan serangan jantung atau kematian mendadak bagi beberapa orang akibat tekanan darah tinggi, dan kebutuhan jantung akan oksigen. Kemarahan juga dapat menyebabkan stroke pada orang-orang yang menderita penyakit jantung.

Sementara, menurut pakar Magdy El Basiouny, batas moral dan agama adalah faktor lain yang kadang-kadang kewalahan dalam perilaku kekerasan. Ia mengatakan bahwa alasan di balik pertarungan dan saling berbantahan di antara orang-orang selama bulan Ramadhan dapat dianggap sebagai kurangnya fondasi agama serta pemahaman moral dan etika. Ia mengatakan bahwa lonjakan kejahatan sering kali sejajar dengan tidak adanya kompas moral atau etika.

"Krisis ekonomi tidak mungkin menjadi alasan di balik perkelahian dan perdebatan," katanya kepada Arab News

"Pada dasarnya, kurangnya kesadaran sosial dan moral, pola asuh yang buruk, dan tidak adanya peranan keluarga dan sekolah dalam membesarkan anak-anak."

Pakar gizi Nadine Shoukry menyarankan orang-orang yang berpuasa untuk berhenti merokok dan untuk minum banyak cairan antara iftar dan suhoor karena cairan tetap berfungsi di otak.

Dia juga mengatakan orang harus mengurangi jumlah makanan yang mereka makan saat berbuka puasa untuk membantu pencernaan yang tepat yang akan mengarah pada penumpakan darah arteri yang lebih baik sepanjang hari, kegugupan dan stres.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement