Sabtu 18 Apr 2020 08:38 WIB

Imam Inggris Desak Negara Bersatu dalam Perang Lawan Corona

Imam di Inggris menyebut puasa di tengah pandemi corona sangat emosional.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Muhammad Hafil
Imam Inggris Desak Negara Bersatu dalam Perang Lawan Corona. Foto Ilustrasi: Masjid Chester dan Islamic Centre di Blacon, Inggris.
Foto: Cheshire Live
Imam Inggris Desak Negara Bersatu dalam Perang Lawan Corona. Foto Ilustrasi: Masjid Chester dan Islamic Centre di Blacon, Inggris.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Seorang imam senior di Inggris mendesak negara itu untuk bersatu dan membantu komunitas mereka melawan pandemi Covid-19.

Imam Qaria Sim, yang berbasis di Leeds, mengatakan wabah Covid-19 sangat menantang secara emosional, terlebih menjelang bulan suci Ramadhan, yang dimulai minggu depan.

Baca Juga

Di bulan Ramadan, Muslim di seluruh dunia berpuasa pada siang hari. Yang berarti pantang makan dan minum, serta menjadi waktu untuk refleksi diri dan kecintaan terhadap agama.

Biasanya bulan ini menjadi waktu di mana umat Islam berkumpul dan berdoa. Tetapi adanya Covid-19 membuat masjid di Inggris ditutup, dalam upaya untuk menghentikan penyebaran penyakit.

Imam Sim mengatakan, ia telah menjangkau orang-orang di dalam komunitas untuk membantu mereka merasa tenang saat melalui periode yang sulit ini.

Karantina wilayah, disebut sangat menantang, utamanya sebagai manusia dan interaksi sosial. Ia mencontohkan, setiap minggunya ia terbiasa bertemu ratusan orang di masjid.

" Tidak ada kehadiran fisik di sana. Jadi kami seperti komunitas agama lain, harus berkumpul dengan cara-cara yang inovatif dan dinamis untuk tetap berhubungan dengan orang-orang," ujarnya dikutip di ITV, Sabtu (18/4).

Setiap pekan, Imam Sim akan melakukan panggilan, menelepon orang, dan memastikan bimbingan spiritual dan agama yang diperlukan oleh masyarakat diberikan. Cara ini sangat berbeda dengan yang biasa ia lakukan.

Karantina wilayah, disebut memungkinkan umat Muslim di Inggris untuk mengkonfigurasi ulang konsep komunitas. Pertemuan tidak lagi di tempat ibadah, melainkan melalui komunitas virtual yang muncul karena kebijakan karantina akibat Covid-19.

Imam Sim, yang juga bekerja sebagai penasihat pemerintah tentang Islamofobia, membantah desas-desus palsu yang menyebar secara daring, tentang beberapa masjid yang dibuka sepanjang periode penutupan.

Dia percaya, orang-orang tertentu dalam masyarakat menyebarkan tuduhan palsu, untuk memperluas perpecahan dan ketakutan di kalangan warga Inggris.

"Sangat menyedihkan melihat bahkan selama masa krisis seperti itu, ada beberapa orang yang menyebarkan desas-desus jahat dan berita palsu di media sosial, untuk mengatakan bahwa beberapa masjid masih terbuka," lanjutnya.

Ia menilai orang-orang itu berniat untuk memecah-belah komunitas Muslim. Selanjutnya, ia menyebut kebencian anti-Muslim, atau kebencian terhadap komunitas mana pun seharusnya tidak memecah belah masyarakat.

Momen melawan pandemi global ini harusnya menjadi waktu orang-orang datang bersama, bersatu, untuk melawan satu alasan tunggal, mengalahkan Covid 19.

Imam Sim lantas memuji upaya staf NHS atas usaha mereka selama pandemi. Ia mengatakan sangat menyedihkan orang-orang dari komunitas BAME, tampaknya termasuk yang paling terpukul.

"Sekarang kita perlu menggali lebih dalam faktor-faktor yang menyebabkan lebih banyak kematian terjadi di komunitas Muslim," kata dia.

Beberapa alasan, menurutnya mencakup kondisi rumah tangga antar generasi, aspek budaya, faktor sosial-ekonomi, serta hubungan komunitas yang erat. Di NHS juga jatuh korban, dimana lima dokter pertama yang kehilangan nyawa berasal dari Komunitas muslim.

Ini menunjukkan bahwa banyak Muslim yang bekerja di NHS dan di sektor darurat. Sebagai hasilnya, dapat dilihat semakin banyak umat Islam yang menjadi korban.

"Kami sangat menghargai itu sebagai kontribusi yang dibuat oleh semua komunitas, untuk memastikan bahwa kita semua di dalamnya bersatu," ucap Imam Sim.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement