Kamis 16 Apr 2020 15:03 WIB

Rumah Zakat Adopsi Cara Nabi Yusuf A.S Kelola Krisis Corona

Salah satu caranya menghemat pengeluaran dan distribusi berdasarkan prioritas.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Gita Amanda
CEO Rumah Zakat Nur Efendi, memeriksa APD yang akan dibagikan secara gratis ke Rumah Sakit rujukan Covid-19 di seluruh Indonesia, Kamis (16/4).
Foto: dok istimewa
CEO Rumah Zakat Nur Efendi, memeriksa APD yang akan dibagikan secara gratis ke Rumah Sakit rujukan Covid-19 di seluruh Indonesia, Kamis (16/4).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Sebanyak 77 juta masyarakat Indonesia berpotensi besar terdampak pandemi Covid-19 atau corona. Menurut Chief Executive Officer (CEO) Rumah Zakat, Nur Efendi, angka tersebut diprediksi berdasarkan data saat ini sebanyak 25 juta di antaranya adalah masyarakat yang berada di bawah garis kemiskinan dan sekitar 53 juta masyarakat yang hampir/rentan miskin.

Menurut Nur Efendi, masyarakat hampir/rentan miskin berpotensi besar untuk jatuh ke bawah garis kemiskinan. "Dampak ekonomi Covid-19 sangat besar. Bahkan, diprediksi akan jauh lebih besar dibandingkan krisis 2008," ujar Nur Efendi pada konfrensi pers melalui Aplikasi Zoom di Bandung, Kamis, (16/4).

Baca Juga

Saat ini saja, kata dia, berdasarkan catatan Kementerian Ketenagakerjaan, sudah ada lebih dari 1,5 juta masyarakat kehilangan pekerjaan atau menganggur. Sebanyak 10 persen diantaranya mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK) dan 90 persen dirumahkan.

Sementara itu, berdasarkan prediksi Badan Intelijen Nasional (BIN), puncak pandemi Covid-19 di Indonesia baru akan terjadi pada Juni atau Juli 2020. Oleh karena itu, diperlukan berbagai upaya untuk mengelola krisis agar dampaknya bisa diredam.

"Salah satu yang bisa dilakukan adalah dengan mengadopsi cara Nabi Yusuf a.s. dalam mengelola krisis," katanya.

Pertama, kata dia, Indonesia harus memiliki keyakinan kuat bisa keluar dari krisis. Kemudian, seperti yang dilakukan Nabi Yusuf, harus menghemat pengeluaran dan distribusi berdasarkan prioritas.

Selain itu juga, kata dia, harus menyiapkan produksi dan lumbung pangan serta mendorong masyarakat untuk padat karya dan produktif. Hal yang tak kalah pentingnya adalah mengendalikan konsumsi dan melakukan operasi pasar untuk menjaga stabilitas harga kebutuhan pokok.

"Kami di Rumah Zakat mencoba mengimplementasikan strategi tersebut dengan membagi program menjadi jangka pendek dan jangka panjang," katanya.

Program jangka pendek, kata dia, terbagi dalam 3 fase, yakni inkubasi, kurasi, dan resesi. Dalam ketiga fase tersebut Rumah Zakat menghimpun dana-dana kemanusiaan untuk disalurkan pada program edukasi, aksi pencegahan penyebaran wabah, bantuan kesehatan, hingga bantuan pangan.

Karena saat ini pandemi sudah masuk fase resesi, menurut Nur, maka pihaknya fokus untuk memberikan bantuan pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat. "Karena kebutuhan tenaga medis berpotensi melonjak, kami juga sedang melakukan perekrutan relawan tenaga medis," katanya.

Selain itu, menurut dia, Rumah Zakat juga akan berupaya menyediakan ruang tambahan perawaran serta ventilator yang kebutuhannya dipastikan akan meningkat. Begitu juga dengan bantuan pemulasaran jenazah yang belakangan kerap menjadi polemik di tengah masyarakat.

Sementara untuk program jangka panjang digulirkan Rumah Zakat melalui program ketahanan pangan, padat karya produktif, hingga pemberdayaan ekonomi tani dan usaha mikro kecil menengah (UMKM). Program pemberdayaan tersebut dilaksanakan melalui optimalisasi dana zakat, infak, sedekah, wakaf, dan juga fidyah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement