Rabu 08 Apr 2020 12:25 WIB
Islam

Agitasi Politisi Gagal, Akar Rusuh Hindu-Islam India

Akar konflik Hindu-Muslim India

Seorang warga meninggalkan lingkungan rumahnya yang hangus saat bentrok massa pendukung dan penentang UU Kewarganegaraan India berujung rusuh di New Delhi, India.
Foto:

Banyak orang India, termasuk Hindu, percaya bahwa  Mishra dan pendukung nasionalis Hindu-nya telah memanaskan suasana hati yang sangat berbahaya. Di sebuah negara mayoritas Hindu, dengan pemerintah nasionalis Hindu telah membiarkan para pembunuh Muslim tidak dihukum. Kekhawatiran telah tumbuh dan meluas bahwa ekstremisme Hindu yang kejam dapat terlepas tanpa kendali.

"Kapil Mishra seharusnya dipenjara," kata Rupesh Bathla, seorang pengusaha yang mengatakan dia kenal Mishra sejak mereka masih remaja. “Dia memulai kerusuhan komunal. Dia menanam kebencian di hati orang lain. "

Hingga Rabu pada pekan kerusuhan meledak, sedikitnya 25 orang tewas, kata pejabat rumah sakit. Sebagian besar karena luka tembak. Beberapa saksi mengatakan bahwa tembakan langsung datang dari arah petugas polisi, dan orang mati termasuk orang Hindu dan Muslim.

Meskipun properti milik umat Hindu juga dibakar, kehancurannya jauh lebih berat  berada di pihak Muslim. Di daerah Muslim, toko demi toko hancur dan seluruh pasar terbakar. Lusinan warga Muslim menuduh petugas polisi berdiri pasif saat kehancuran sedang berlangsung.

Pada hari Rabu itu, beberapa orang di jalanan berjalan diam-diam melewati gundukan bangkai dan rumah yang menghitam. Bau bahan hangus masih menggantung di udara. Situasi ini selaras apa yang dikatakan beberapa sarjana sebagai gema menakutkan pertumpahan darah agama yang sebelumnya terjadi di India.

"Secara keseluruhan, kerusuhan Delhi minggu ini sekarang mulai terlihat seperti yang terjadi dahulu di Gujarat pada 2002 dan Delhi pada 1984," kata Ashutosh Varshney, direktur Pusat Kajian Asia Selatan di Univeritas Brown.

Dia mengatakan para korban tewas tidak jauh dari serangan sebelumnya. Dan ini jelas merupakan sebuah babak atau  episode yang sama –sama memiliki kesamaan yang mengganggu. Varshney mengatakan, “ Gerombolan massa itu melakukan melepaskan kekerasan biadab sementara polisi memalingkan muka, atau bergabung dengan gerombolan. Mereka bukannya bertindak  netral malah ikut mengintervensi untuk menghancurkan kerusuhan. ."

Setelah  kekerasan mereda, kala Perdana Menteri Narendra Modi, yang menjadi tuan rumah kedatangan saat Presiden Trump saat pertempuran berkecamuk,  kemudian memecah kesunyiannya.  Pada hari Rabu setelah Tuan Trump pergi, dia baru mendesak orang-orang di pos Twitter untuk “menjaga perdamaian dan persaudaraan setiap saat . " Dia menambahkan, "Kedamaian dan harmoni adalah pusat dari etos kami."

Pada saat malam turun pada hari Rabu, beberapa serangan sporadis masih dilaporkan, tetapi tidak ada kekacauan besar-besaran. Polisi, sekarang dipersenjatai dengan senapan serbu dan telah diperkuat dengan pasukan paramiliter.

Di daerah yang paling menderita dalam pertempuran, banyak warga menyalahkan Mishra, yang menolak permintaan wawancara. Tetapi dalam sebuah posting Twitter, dia berkata, “Bukan kejahatan untuk meminta jalan yang diblokir dibuka. Itu bukan kejahatan untuk mengatakan yang sebenarnya. Saya tidak takut kampanye kebencian besar-besaran ini terhadap saya. "

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement