REPUBLIKA.CO.ID, KARAWANG -- Mustahik Petani binaan Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) di Desa Cintaasih, Karawang, memulai panen tahap pertama pada Rabu (1/4). Syamsoedin (47), salah seorang penggarap lahan sekaligus Bendahara Kelompok Tani Hipanusa II, optimistis hasil panennya akan meningkat.
Sebab ia telah menerapkan sistem pertanian semi organik yang pada lahan garapan Kelompok Tani BAZNAS lainnya telah terbukti mengalami perbaikan hasil panen, bahkan meski di musim hujan yang lalu asupan sinar matahari berkurang.
Pendapatan Syamsoedin dan petani lainnya ikut meningkat sejak menjadi anggota Kelompok Tani binaan BAZNAS dan menerapkan sistem tani semi organik. Bahkan di musim panen 2019 lalu, para petani binaan BAZNAS telah mampu membayar zakat berupa beras yang diberikan pada kaum dhuafa melalui masjid di lingkungan sekitar tempat tinggal.
“Hasil panen kali ini pun rencananya akan langsung diproses, dirontokkan, untuk selanjutnya dijemur, agar dapat disimpan, sebagai persiapan pengadaan beras Zakat Fitrah di tahun ini,” tutur Misna Suryana, Ketua Kelompok Tani Hipanusa.
Misna pada musim panen kali ini sudah rampung panen sekitar dua pekan lalu, dan memperoleh hasil panen lebih baik dari petani sekitarnya yang belum menerapkan pertanian semi organik. Rata-rata lahan pertanian 1 hektare yang menerapkan cara lama menghasilkan sekitar 6 ton gabah, namun Misna berhasil mendapatkan 7,2 ton pada panen akhir Maret lalu.
Lembaga Pemberdayaan Ekonomi Mustahik (LPEM) BAZNAS sejak 2018 telah mendampingi 13 Kelompok Tani binaan dari 6 Kabupaten di 3 Provinsi, salah satunya yang berada di Kecamatan Pangkalan, Kabupaten Karawang ini.
Pendampingan yang diberikan dirancang komprehensif dan terkait satu sama lain, mulai dari memberi pendampingan perubahan pola pikir, perbaikan sistem tanam dan pengelolan hasil panen, termasuk pendampingan proses pendistribusian hingga berhasil sampai ke tangan konsumen. Satu hal lagi program ini juga dihadirkan untuk memandirikan para mustahik agar bisa berproses menjadi muzaki.
“Konsep pendampingan ini kita maksudkan menuju pertanian organik. Namun saat ini pertanian binaan kita masih bertahap menggunakan konsep semi organik, intinya mengurangi penggunaan bahan kimia seperti pupuk dan pestisida, diganti dengan pupuk organik dan pestisida nabati,” tutur Plt Kepala Program LPEM BAZNAS Deden Kuswanda.
Menurut Deden, tantangan penerapan pertanian organik ini adalah proses yang tida semudah dan secepat hasil seperti pertanian konvensional menggunakan bahan kimia. Penggunaan bahan kimia, meski tidak salah, namun pada jangka panjang dapat mengurangi kesuburan tanah.
“Mindset yang kita bangun sejak awal adalah pentingnya sistem pertanian organik untuk menjaga kesuburan tanah. Penyuluhan berkelanjutan sambil membuat lahan percontohan, kita lakukan. Lambat laun petani binaan bisa melihat dan membuktikan keunggulan konsep pertanian organik yang ditawarkan. Kita juga jelaskan dengan bahan kimia mungkin semua masalah pertanian mudah teratasi, ada hama misalnya tinggal pakai pestisida dan seterusnya, tapi kita terangkan bahwa dampak akhirnya tidak baik untuk lahan itu sendiri. Sementara dengan sistem pertanian organik, meski perlu perhatian ekstra namun hasilnya akan lebih bagus dari segi hasil panen dan kesuburan tanah,” imbuhnya.
Deden juga berharap keberhasilan dan kepuasan hasil masa panen ini mampu sedikit menghibur para mustahik petani di tengah kekhawatiran penyebaran virus Covid-19 di Indonesia.
Terkait pencegahan Covid-19 pula maka pelaksanaan panen di lapangan diupayakan tetap dengan mengatur jarak antar pekerja, menggunakan masker dan ketentuan membersihkan diri secara tepat usai beraktivitas di sawah.