Sabtu 28 Mar 2020 17:18 WIB
Islam di Rusia

Kisah Resimen Tentara Islam di Rusia

Kisah leguin tentara Islam di Rusia.

Namun, berbeda dengan yang lain, ternyata tidak semua Muslim di tentara Rusia memiliki perlindungan agama yang sama seperti resimen kavaleri Bashkir. Adanya seorang imam tentara, misalnya. Hal Ini menjadi salah satu yang sebenarnya juga tak menjadi soal. Sebab, di resimen lain, seperti dalam resimen "Personel Resimen Fusilier pada tahun 1765",  personel Resimen Infantri Lapangan pada tahun 1732 atau Personel Resimen Infantri pada tahun 1765 pun hampir sama.

Mengapa tak jadi soal sebenarnya? Karena di sana, pada setiap resimen reguler yang non-Islam, mereka juga memiliki seorang pendeta Kristen. Mereka ada di antara anggota resimen yang berasal dari petani, rekrutan tentara, orang Rusia. Bahkan, ada di antara resimen tentara dari orang Tatar yang Muslim. Sama seperti semua etnis minoritas lainnya, Tatar bertugas di tentara reguler Rusia juga.

Meskipun sumber-sumber tentang tentara Muslim di tentara reguler Rusia masih langka, ternyata masih bisa mendapat beberapa informasi lainnya yang penting tentang soal agama dalam ketentaraan Rusia. Seorang sejarawan Rusia, Ufa Robert N Rakhimov, menemukan arsip yang menunjukkan bila pada Oktober 1741 seorang prajurit Tatar dari resimen Koporsky yang bermarkas di St Petersburg, Mika Zanalov, mengajukan petisi untuk dibaptis. Adanya permintaan itu diektahui dipenuhi. Selain itu, Zanalov menunjukkan ia direkrut pada 1737. Hngga 1741 ia tetap menjadi Muslim selama lima tahun. Jadi, soal banyaknya anggota resimen Rusia yang Muslim--sekaligus adanya pendeta Kristen--menjadi benar adanya.

            ****

Seperti telah disebutkan, orang-orang dari Bashkir tidak bertugas di pasukan reguler. Namun, sampai paruh kedua abad ke-17 pemerintah Rusia merekrut orang Bashkir sebagai hukuman karena berpartisipasi dalam kerusuhan di dalam resimen di Baltik. Seorang sejarawan Prancis Roger Portal menyatakan bila di wilayah "Bashkiria pada abad 17-18" memang ada pemberontakan yang dipimpin Bashkir pada 1735-1740. Hal itu terjadi karena ada penindasan tentara Rusia, Kolonel Alexei Tevkelev, yang bertindak sangat kejam.

Tampaknya, prajurit Bashkir di pasukan Rusia ini merasa tidak ada yang ragu dalam melaksanakan perintah perlawanan. Pasalnya, tentara Kolonel Alexei terus membakar desa-desa di Bashkir; membunuh laki-laki, perempuan, dan anak-anak; dan mengirim para tahanan sebagai budak ke daerah-daerah pusat di Rusia atau dipaksa direkrut masuk ke resimen-resimen tentara Rusia di Baltik.

Puncaknya, pada bulan Desember 1735, Sekretaris Senat Kirillov menyampaikan di St Petersburg rencananya untuk melakukan asimilasi Bashkiria dan membujuk Kaisar Rusia agar menyetujui rencana pemusnahan total Bashkirs yang ia tindak lanjuti hingga kematiannya pada April 1737.

Data statistik yang tidak lengkap mengatakan bahwa pada 1735-1740 Bashkirs kalah dalam pertempuran. Lalu, terjadi eksekusi lebih dari 40 ribu orang di sana.

Menurut Jenderal Saimonov, pada tahun 1737-1740 para algojo membakar 880 desa Bashkir, mengambil sebagai budak ribuan wanita dan anak-anak, merekrut lebih dari 500 tentara Bashkir, dan menghukum 300 orang dengan mencambuk serta memotong hidung dan telinga. Hal ini dilakukan sebagai upaya penindasan akibat pemberontakan Bashkir pada 1755.

Catatan yang ada menyatakan ada ribuan orang Bashkir dijatuhi hukuman cambuk, kerja keras di pabrik Ural, atau rumah bangsawan di Rusia Tengah. Yang lain dikirim ke tentara atau armada Baltik. Sisa pemberontak lainnya dibuang ke wilayah Rusia bagian barat. Kebanyakan dari mereka meninggal karena kelelahan akibat penyakit. Bahkan, untuk memudahkan asimilasi penduduk di wilayah Bashkortostan, pihak berwenang Rusia kala itu sempat punya rencana hendak melakukan pemusnahan massal populasi Bashkir, tetapi urung dilakukan.

Lucunya, setelah era itu, pada 1806-1807 tentara Rusia malah mengirim 20 resimen dari wilayah Bashkir ke Eropa. Delapan resimen lainnya bertempur dalam perang Napoleon 1812-1814. Di sana orang dari Bashkir menunjukkan keberanian dalam pertempuran Leipzig, Weimar, Hanover, Danzig di Jerman, Chateaubriand dan Paris di Prancis. Banyak tentara Bashkir dianugerahi kepahlawanan. Bahkan, di antara mereka ada seorang wanita. Keberanian para prajurit Bashkir disebutkan dalam memoar Jenderal Prancis de Marbot. Dia kagum dengan keberanian resimen asal Bashkir yang berani menyerang konvoi Napoleon dan mendorongnya kembali Prancis. Padahal, hal itu dilakukan dengan senjata api dalam suasana dingin, seraya juga memaki busur dan panah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement