Jumat 27 Mar 2020 17:01 WIB

Mengaji Dan Dzikir di Prancis Kala Lockdown Diperpanjang

Lockdwon Prancis Diperpanjang

Polisi Prancis melakukan razian selama Lockdown.
Foto: Dini Kusmana Massabau
Polisi Prancis melakukan razian selama Lockdown.

Oleh: Dini Kusmana Massaabuau, Jurnalis Indonesia Di Prancis

Lockdown di Prancis diperpanjang hingga 28 April. Keputusan tersebut sudah diambil oleh Presidan Macron. Kami meski sempat terpekur, mau tidak mau harus nurut.

Alhamdulillah saya dan suami semenjak awal sudah sepakat keluar hanya satu kali dalam seminggu untuk belanja. Suami dua kali dalam seminggu ke kantornya utk ambil surat-surat yang datang saja.

Saya berusaha mengolah masakan dari apa yg ada saja. Habiskan stock di freezer. Coba tidak boros. Karena tidak tahu sampai kapan harus begini terus.

Setidaknya mengurangi jumlah keluar rumah dalam keluarga. Jadi memutuskan hanya suami atau 'Akang' yg keluar. Itupun ketika Akang pulang dipembatas (ya saya ada bilik pembatas) langsung harus lepas pakaian taruh dalam kantung plastik yang sudah disediakan, sepatu sama. Belanjaan taruh juga di tempat yang sama. Akang lsg mandi.

Barang belanjaan dan lain-lain baru kami ambil beberapa jam sesudahnya. Cuci semua, biarpun itu botol susu, kaleng semua kami cuci.
 Kalau sayur dan buah an memang sudah biasa kami cuci.

Siapa yang sangka tahun 2019 ini kami akan jadi seperti ini.
 Siapa yang kira dalam hitungan bulan kebebasan keluar kapan saja di mana saja lenyap begitu saja.
Siapa yang tahu ketika dalam hitungan minggu kami berempat diberi rezeki Allah selalu bisa sholat lima  waktu bersama. 


Dan siapa pula yang menyangka pengajian on line yang kami bentuk sudah 1, 5 tahun kini terasa menjadi berlipat manfaat,  terutama untuk memanfaatkan waktu.

Di sini ada grup anak-anak belajar mengaji.
 Ada grup khatam Alquran.
 Ada grup ngaji mingguan.
 Semua bisa dilakukan dari rumah. Dan semua ini dibentuk sebelum Covid-19 melanda ke Prancis.

Anak saya, Adam, alhamdulilah sudah mantap dengan pilihannya.
 Menjadi dokter bukan lagi cita-citanya.
Menjadi ahli obat (pharmacie) di rumah sakit kini menjadi pilihannya.


Nah, melihat apa yang terjadi saat ini membuatnya mantap bahwa dunia pengobatan saat ini lebih condong kepada penemuan obat-obatan.
 Semester dua ini dia akan lepaskan spesialis menuju dokter tapi mengambil pharmacie. Pilihan kedua adalah Insinyur kesehatan. Semuanya dia pilih di Montpellier.


Alasan perubahan ini adalah karena dia merasa kebersamaan bersama keluarga jauh lebih penting. Tidak lagi ingin pergi ke Rumania atau Belgia memaksakan diri menjadi dokter. Rupanya wabah ini membuatnya semakin menghargai keluarganya.

Dan alhamdulilah biarpun suami tidak dapat menjual buku-bukunya, saya yakin berkat ajaran dzikir malaikat 100 kali yang diberikan ibu saya, rezeki selalu datang dari arah yang tidak disangka. Alhamdulillah dari Inggris kini kami mendapat kabar baik membuat saya semakin semangat dan yakin dzikir ini memang membawa rezeki.

Mendengar berita kematian setiap harinya membuat saya pilu. Semakin sadar betapa kecil dan tak berarti diri ini dihadapan Kekuasaan Allah. Sekuat-kuatnya penjagaan terhadap diri jika memang kuasa-Nya datang tak ada hal apapun yang dapat menghalanginya.

Alhasil, saya bersyukur meskipun kami terkurung. tapi terkurung bersama orang-orang yang dicintai selaksa permata hati. Maka kami nikmati, bersabar hingga wabah ini segera berakhir. Meskipun memakan waktu entah hingga kapan?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement