Kamis 05 Mar 2020 03:16 WIB

Akankah Negara-Negara Islam Beradaptasi dengan Demokrasi?

Tak banyak negara Muslim yang terapkan demokrasi.

Tak banyak negara Muslim yang terapkan demokrasi. Petugas KPU membawa kotak suara Pemilu untuk diambil berkas sebagai alat bukti sengketa Pilpres di Kantor KPU, Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu (12/6/2019).
Foto: Antara/Yulius Satria Wijaya
Tak banyak negara Muslim yang terapkan demokrasi. Petugas KPU membawa kotak suara Pemilu untuk diambil berkas sebagai alat bukti sengketa Pilpres di Kantor KPU, Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu (12/6/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Perubahan mendasar dunia akan terjadi jika mayoritas dari 50 negara Muslim hijrah memeluk demokrasi dan kebebasan: Indonesia dapat menjadi model, walaupun Indonesia harus terus berevolusi menuju demokrasi yang penuh.

Pernyataan ini disampaikan pendiri Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA saat meluncurkan secara virtual buku terbaru "Jalan Demokrasi dan Kebebasan untuk Dunia Muslim: Indonesia sebagai model", seperti dalam siaran persnya di Jakarta, Rabu (4/3).

Baca Juga

Denny JA mengatakan, buku itu merupakan buah renungannya selama 30 tahun yang dimulai sejak dia menjadi aktivis demokrasi di era mahasiswa tahun 1980-an, mendalami Ilmu politik tingkat doktoral di Amerika Serikat tahun 2000-an, dan penelitiannya mengamati perkembangan terbaru.

Denny mempertanyakan mungkinkah mayoritas lima puluh negara Muslim berbondong-bondong atau berangsur-angsur hijrah memeluk demokrasi dan kebebasan.

Data Democracy Index 2019, bahwa dari 50 negara yang mayoritas penduduknya Muslim, 60 persen menerapkan politik otoriter, yang menerapkan full democracy tak ada sama sekali, alias nol persen. Hanya tiga negara Muslim, termasuk Indonesia, yang menerapkan demokrasi setengah matang (flawed democracy).

Denny JA menjawab hal itu tidak hanya mungkin, tapi harus, karena sistem yang tumbuh di satu negara adalah anak kandung dari dinamika politik, ekonomi dan budaya.

Menurut dia, bekerjanya hukum sosial selalu mungkin memaksa lima puluh negara Muslim hijrah memeluk demokrasi dan kebebasan. "Lebih dari mungkin, mayoritas 50 negara Muslim harus memeluk demokrasi dan kebebasan. Selalu lahir para pemimpin, pejuang, pahlawan yang inginkan lebih," ujar Denny JA.

Pew Research Center, lembaga peneliti berpusat di Amerika Serikat menyatakan sejak tahun 2070 nanti, penduduk Muslim akan menjadi terbanyak di dunia.

Menurutnya, hadirnya negara Muslim yang bebas dan demokratis, atau yang sebaliknya, akan memengaruhi dunia nyaman atau bergolak. Apalagi saat itu, mulai 2070, diprediksi Muslim adalah populasi paling banyak.

"Maka kita pun menyelam mengelaborasi the social origin of democracy and freedom. Asal usul dan kekuatan sejarah yang melahirkan demokrasi serta kebebasan itu yang menjadi kunci," tutur Denny JA.

Buku yang ditulis Denny JA itu penuh dengan data dan teori. Dia mengupas pula sejarah pertumbuhan demokrasi di Eropa, Amerika Serikat dan belahan dunia lain.

Namun, buku itu juga banyak kutipan puitis. Salah satunya dari Victor Hugo: "Tak ada yang lebih kuat dibandingkan gagasan yang waktunya telah tiba". Gagasan demokrasi dan kebebasan telah tiba di dunia Muslim.

Denny mengharapkan, buku itu sengaja dibagikan gratis lewat media sosial dalam bentuk PDF. "Saya ingin ikut mewarnai ruang publik agar semakin banyak debat gagasan," tukasnya.

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement