REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dinasti Utsmaniyah atau Kesultanan Ottoman pernah berada pada puncak kejayaannya dibawah pemerintahan Sultan Sulaiman Al-Qonuni pada abad ke-16 dan 17 Masehi. Di bawah kepemimpinannya, Ottoman menjelma sebagai negara adikuasa yang disegani seantero dunia baik dalam bidang politik, ekonomi, dan militer.
Saking luasnya wilayah kekuasaannya, Sultan Sulaiman mendapatkan gelar Sulaiman Agung (Solomon The Magnificent). Sulaiman lahir pada 6 November 1494 di daerah Tabzron, Turki.
Ia merupakan anak dari seorang gubernur di wilayah tersebut. Maka tidak heran jika sejak usia tujuh tahun, Sulaiman sudah dididik dengan berbagai keilmuan dan dekat dengan para ulama, sastrawan, dan para ahli fikih.
Semasa kecilnya, ia berteman dengan Pargali Ibrahim Pasha yang kelak menjadi penasihat dan panglima tentara paling dipercayai pada masa pemerintahannya. Sulaiman muda dikenal sebagai sosok yang serius dan tenang menghadapi masalah.
Menginjak usia 17 tahun, Sulaiman sudah diangkat menjadi Gubernur Provinsi Kaffa (Theodosia), kemudian menjadi Gubernur Sarukhan (Manisa) dan memimpin masyarakat di Edirne (Adrianople). Selepas ayahnya wafat, pada 30 September 1520 M atau saat berusia 26 tahun, Sulaiman naik takhta menjadi sultan ke-10 Kesultanan Ottoman.
Ali Muhammad Ash-Shalabi dalam bukunya Bangkit dan Runtuhnya Khilafah Utsmaniyah, selama berkuasa, Sulaiman dikenal dengan ketenangannya dalam mengambil keputusan. Sekalinya mengambil keputusan, sangat pantang menarik kembali keputusannya tersebut. Termasuk keputusannya mengirim pasukan untuk membantu Samudra Pasai melawan Portugis pada 1564.