REPUBLIKA.CO.ID, Rasulullah SAW bersabda, ''Sesungguhnya, amal perbuatan itu disertai niat dan setiap orang mendapat balasan amal sesuai dengan niatnya. Barang siapa yang berhijrah hanya karena Allah dan rasul-Nya, maka hijrahnya itu menuju Allah dan Rasul-Nya. Dan, barang siapa yang hijrah karena dunia yang ia harapkan atau karena wanita yang ingin ia nikahi, maka hijrahnya itu menuju yang ia inginkan.'' (HR Bukhari dan Muslim).
Para ulama mengatakan bahwa hadis ini merupakan obyek pembicaraan dalam Islam. Karena, semua aktivitas syariat akan kembali pada masalah niat. Sampai-sampai, Imam Abu Dawud mengatakan bahwa hadis ini merupakan setengahnya agama. Karena, agama mencakup perilaku zahir dalam bentuk amal nyata dan perilaku batin yang berupa niat.
Dikuatkan lagi oleh Imam Syafi'i dan Imam Ahmad dengan menyebutkan bahwa hadis tentang niat ini merupakan sepertiga ilmu karena usaha hamba tidak terlepas dari aktivitas hati, lisan, dan anggota badannya.
Pada hadis tersebut, Rasulullah SAW hendak menegaskan pentingnya niat kepada umatnya. Niat bisa dikatakan sebagai penentu bobot nilai suatu amal di hadapan Allah SWT. Betapa seringnya kita menyaksikan satu amal yang dilakukan oleh orang berbeda, namun berbeda nilainya di hadapan Allah SWT.
Barangkali, dalam kacamata manusia, hasil perbuatan tersebut nilainya sama. Namun, belum tentu sama di hadapan Allah SWT. Bisa jadi, amal perbuatan yang sepele di hadapan manusia malah menjadi berat nilainya di hadapan Allah SWT. Begitu juga ketika merasa melakukan amal yang besar malah tidak bernilai sedikit pun di hadapan Allah SWT.
Saking agungnya esensi niat, sampai-sampai Rasulullah SAW menilai bahwa setiap niat kebaikan yang tebersit dalam hati seorang hamba sudah merupakan suatu kebaikan. Apalagi, bila niat itu direalisasikan dalam bentuk amal nyata, semakin bertambah lagi pahalanya. Berbeda ketika niat itu untuk kejelekan, maka tidak akan dicatat sebagai kejelekan, kecuali niat tersebut sudah dilakukan.
Alangkah meruginya seorang hamba yang melakukan kebaikan, namun tidak bernilai pahala di hadapan Allah SWT. Alih-alih mendapat pahala, malah bisa jadi dosa yang diterima.
Dalam hadis lainnya, Rasulullah SAW menegaskan, ''Tidak dianggap sebuah amal yang tidak disertai dengan niat.'' (HR Imam Al-Baihaki). Hanya amal para hamba yang disertai niat ikhlas untuk Allah SWT sajalah yang akan direkam dalam catatan sebagai amal kebaikan. n