REPUBLIKA.CO.ID, HYDERABAD – Sebagian Kota Tua Hyderabad masih memainkan peran hanya menyewakan rumah mereka kepada yang satu agama. Sedangkan kepada agama lain, banyak dari mereka menolak karena alasan ketidaknyamanan.
Maka tidak heran bila melihat umat Muslim di sana juga hanya menyewakan kamar-kamar kepada sesama umat Muslim. Lebih-lebih bagi mereka penganut aliran Sunni dan Syiah, mereka akan menutup pintu rumah bagi agama selain Islam.
Dilansir dari chronicle, keyakinan dan kebiasaan mereka tampaknya yang memainkan peran paling signifikan. Hal ini bukan saja terjadi di Hyderabad, tapi juga kota-kota lain seperti Darushifa, Noorkhan Bazar, Dabeerpura, Darajung ke galli, dan Yakutpura.
"Kami tidak bisa membiarkan rumah kami untuk seorang Hindu, atau non-Muslim lainnya. Hal itu kami lakukan untuk mewaspadai praktik dan ritual keagamaan mereka di rumah kami. Seperti, saya akan merasa sangat tidak nyaman dengan penyembahan berhala di rumah saya," kata seorang penduduk Yakutpura, Sultan Ahmed dilansir dari Chronicle, Rabu (26/2).
Zona selatan Hyderabad memang sebagain besar dihuni masyarakat Muslim. Kota tua itu, mencerminkan sejarahnya dan pertumbuhannya selama lebih dari 400 tahun.
Sebenarnya tidak ada aturan tertulis yang melarang pemilik rumah untuk menyewakan kamarnya untuk agama lain. Hanya saja, praktik-praktik tersebut sangat menjamur di sana.
"Keyakinan agama orang-orang di daerah kami sangat kuat, faktanya Sunni-Syiah begitu kuat sehingga sebagian dari kita justru lebih suka membiarkan rumah disewa seorang Hindu daripada kepada seseorang dari komunitas Muslim," ujar Hassan, seorang warga Noorkhan Bazaar.
Hal serupa dan sebaliknya juga terjadi di daerah-daerah Pan Mandi dan Razakpura. Di sana, justru umat Hindu melarang umat Muslim sebagai penyewa rumah maupun kamar mereka.
Praktik-praktik penyewaan rumah dengan melihat latar belakang agama mereka telah ada di tempat-tempat itu dalam waktu yang sangat lama.
“Itu bukan karena ada kebencian. Hanya di sebagian daerah banyak ditempati mereka dari kelompok muslim sedangkan sebagian daerah lainnya banyak ditempati mereka yang beragama Hindu. Mereka tidak ingin berbagi praktek kebiasaan makan maupun ritual keagamaan masing-masing," ujar Vishal Thakur dari Pan Mandi.
Praktik-praktik ini pun menurut Thakur tidak menghentikan mereka untuk menjadi teman, rekan, dan tetangga. Mereka hanya ingin membatasi penghuni rumah mereka.
Beberapa memang ada yang tidak mengikuti praktik-praktik itu. Mereka muslim bisa menyewakan rumah kepada orang Hindu. Hanya saja, masyarakat di tempat dia tinggal yang tidak akan senang dengan hal itu.
"Di daerah Purani-Haveli, setiap kali seseorang datang mencari rumah sewaan, mereka ditanyai tentang agama dan kebiasaan makan mereka," ujar Ghulam Ali, yang tinggal di daerah itu
Menurutnya, sebagian besar orang-orang di kotanya merasa lebih nyaman memberi tahu keluarga perihal agama mereka sendiri.
Tapi, latar agama ini juga tampaknya tidak begitu penting di daerah yang sibuk dengan aktivitas komersial. Mereka bisa membiarkan toko, kantor dan properti non-perumahan di daerah-daerah ini di huni dan memperkerjakan orang tanpa melihat agama mereka.
Di Mir Alam Mandi, daerah yang didominasi komersial, agama tampaknya tidak ada bedanya bahkan dalam menemukan rumah yang disewakan.
"Ini sama dengan di kota Alijah Kotla, kamu bisa melihat lebih banyak orang Hindu dan Muslim hidup bersama sebagai pemilik dan penyewa," kata Ayub Khan, warga Alijah Kotla.