Rabu 26 Feb 2020 14:54 WIB

Kerusuhan Antaragama di India Renggut Puluhan Nyawa

Sebanyak 20 orang dilaporkan meninggal karena bentrokan antarumat agama di India.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Muhammad Hafil
Kerusuhan Antar Agama di India Renggut Puluhan Nyawa. Foto ilustrasi: Polisi membersihkan kayu yang dibakar di tengah jalan oleh pendemo di Gauhati, India, Kamis (12/12). Polisi menahan puluhan orang dan menerapkan jam malam di sejumlah distrik di Assam. India meloloskan RUU Amandemen Kewarganegaraan yang dinilai diskriminatif terhadap Muslim.
Foto: AP Photo/Anupam Nath
Kerusuhan Antar Agama di India Renggut Puluhan Nyawa. Foto ilustrasi: Polisi membersihkan kayu yang dibakar di tengah jalan oleh pendemo di Gauhati, India, Kamis (12/12). Polisi menahan puluhan orang dan menerapkan jam malam di sejumlah distrik di Assam. India meloloskan RUU Amandemen Kewarganegaraan yang dinilai diskriminatif terhadap Muslim.

REPUBLIKA.CO.ID,NEW DELHI -- Korban tewas akibat bentrokan yang menentang Undang-Undang Kewarganegaraan (CAA) di New Delhi meningkat menjadi 20 orang. Aksi protes tersebut berubah menjadi kekerasan antaragama, di mana sejumlah umat Muslim melarikan diri dari rumah-rumah mereka dan beberapa masjid di ibu kota hancur setelah diserang oleh kelompok Hindu.

Bentrokan antardua kelompok agama yang terjadi sejak Ahad lalu belum mereda hingga Rabu (26/2). Beberapa rumah umat Muslim yang ditinggalkan menjadi sasaran penjarahan. Lebih dari 200 orang dirawat di rumah sakit karena cedera. Mereka rata-rata mengalami luka tembak hingga luka bakar akibat cairan asam, luka karena pemukulan, dan luka karena pelemparan batu.

Ketua Menteri Delhi Arvind Kejriwal menggambarkan, situasi di Delhi sangat mengkhawatirkan. Pemerintah setempat menerjunkan pasukan militer untuk mengendalikan situasi.

"Situasi sangat mengkhawatirkan. Terlepas dari segala upaya, polisi tidak dapat mengendalikan situasi. Oleh karena itu, kami meminta bantuan militer dan jam malam segera diberlakukan di seluruh daerah yang terkena dampak," ujar Kejriwal dalam cicitannya di Twitter.

Pada Selasa (25/2) sore, gerombolan massa dari kelompok Hindu yang beranggotakan sekitar 500 pemuda turun ke sebuah masjid di Ashok Nagar. Mereka mendobrak pintu dan memanjat menara untuk mengibarkan bendera Safron, yaitu bendera resmi agama Hindu. Mereka kemudian membakar masjid. Pada malam hari, masjid lain yang lebih kecil dan toko-toko Muslim di pasar lokal dibakar oleh kelompok tersebut.

Seorang Muslim setempat, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya, menggambarkan bagaimana gerombolan itu telah menghancurkan masjid selama lebih dari tiga jam. Kelompok tersebut meneriakkan slogan-slogan nasionalis Hindu.

"Mereka datang pada sore hari dan membakar semuanya di dalam, lalu mereka menjarah dan membakar toko di dalam masjid dan kemudian dua rumah Muslim di sebelah," ujarnya kepada Guardian.

"Dalam 35 tahun saya belum pernah melihat situasi seperti ini, umat Hindu dan Muslim selalu hidup damai di sini. Kami semua merayakan Idul Fitri dan Diwali bersama. Wanita Hindu sering datang ke masjid bersama anak-anak mereka. Jadi, ini bukan hanya bangunan untuk umat Islam, melainkan juga untuk seluruh masyarakat. Namun, kedamaian apa pun yang kita miliki sekarang sudah hilang," ujar saksi tersebut menambahkan.

Serangan terhadap properti umat Muslim berlanjut pada Rabu pagi. Namun, beberapa umat Hindu setempat berpatroli di daerah itu untuk melindungi masjid dan menawarkan perlindungan kepada keluarga Muslim.

Kerusuhan terus menyebar di barat laut Delhi, termasuk Jafrabad, Babarpur, Brahmpuri, Taman Gorakh, Maujpur, Bhajanpura, Kabir Nagar, Chand Bagh, Gokulpuri, Karawal Nagar, Khajuri Khas, dan Kardampuri. Pengerahan pasukan besar-besaran dan pasukan paramiliter terlihat di beberapa daerah yang paling parah.

Saksi mata Reuters melihat gerombolan massa memegang tongkat, pipa, dan batu berjalan di jalan-jalan di bagian timur laut Delhi pada Selasa. Terlihat kepulan asap hitam dari ban yang telah dibakar di daerah itu. Mobil pemadam kebakaran bergegas untuk memadamkannya.

"Situasinya relatif lebih baik daripada kemarin di daerah-daerah yang dilanda kekerasan. Tidak ada orang-orang yang berbuat rusuh di jalanan dan kendaraan kami bisa masuk ke daerah itu," ujar Direktur Pemadam Kebakaran Delhi, Atul Garg.

Garg mengatakan, kendaraan pemadam kebakaran telah ditempatkan di wilayah konflik. Para pejabat senior pemadam kebakaran bersiaga di daerah tersebut.

Kekerasan yang terjadi di Delhi adalah yang terburuk sejak Perdana Menteri Narendra Modi mengeluarkan CAA. Undang-undang tersebut memberikan kewarganegaraan kepada pengungsi dari semua agama di Asia Selatan, kecuali Muslim. Undang-undang ini kemudian memicu reaksi nasional.

CAA menimbulkan kekhawatiran karena dinilai diskriminatif terhadap Muslim dan merusak fondasi sekuler India dengan menjadikan agama sebagai dasar kewarganegaraan. Aksi protes yang menolak CAA terus berlangsung di sejumlah wilayah di India sejak tiga bulan lalu.

Kekerasan di Delhi dipicu setelah pemimpin dari Partai Bharatiya Janata (BJP), Kapil Mishra, yang menghasut gerombolan Hindu untuk menyingkirkan sekelompok Muslim yang memblokir jalan di Delhi. Kelompok Muslim itu diketahui sedang menggelar aksi protes terhadap CAA. Kelompok Muslim dan Hindu kemudian mulai saling melempar batu dan saling serang sehingga memicu meningkatnya kekerasan hingga menimbulkan korban. 

 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement