Rabu 26 Feb 2020 10:24 WIB

Syekh Muhammad Yunus, Guru Para Ulama Al Washliyah (2)

Syekh Muhammad Yunus berperan dalam mendirikan Al Washliyah

Rep: Muhyiddin/ Red: Muhammad Hafil
Syekh Muhammad Yunus, Guru Para Ulama Al Washliyah. Foto: Ketua Umum PB Al Washliyah DR Yusnar Yusuf Rangkuti
Foto: Foto: Istimewa
Syekh Muhammad Yunus, Guru Para Ulama Al Washliyah. Foto: Ketua Umum PB Al Washliyah DR Yusnar Yusuf Rangkuti

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekembalinya dari Timur Tengah, ia menambah pengetahuannya lagi di Malaysia dengan belajar kepada Syekh Jalaluddin Petani dan Syekh Abdul Majid Keala Muda Penang. Setelah kembali ke tanah air, baru kemudian Syekh Yunus mengerahkan tenaga dan pikirannya di Maktab Islamiyah Tapanuli (MIT) Medan yang didirikan pada 19 Mei 1918. .

Maktab tersebut merupakan madrasah tertua di Sumatra Timur. Di lembaga pendidikan inilah Syekh Yunus bersama para ulama lainnya membina murid-muridnya untuk menjalin persatuan tanpa membedakan suku dan etnis dan tingkat kebangsawanan.

Baca Juga

Dalam Buku berjudul "Maktab Islamiyah Tapanuli 1918-1942, Muaz Tanjung menjelaskan, MIT bertujuan untuk mengajarkan mazhab resmi Kesultanan Deli, yaitu mazhab Syafi'i. Menurut dia, maktab tersebut mendidik kader-kader ulama, menyebarluaskan kebudayaan Islam, dan menciptakan kesejahteraan umat Islam.

Dalam sistem pendidikan MIT, setiap pelajar wajib menghafal semua pelajaran. Karena itu, murid-murid Syekh Yunus di madrasah tersebut banyak menghabiskan waktunya untuk menghafal kitab-kitab kuning yang diajarkan.

Masih minim referensi yang menceritakan tentang biografi Syekh Yunus. Ketua Umum PB Al Washliyah periode 2015-2020, KH. Yusnar Yusuf Rangkuti menjelaskan, sampai saat ini belum ada yang mengungkap tentang keluarga Syekh Yusuf, seperti nama istri dan anak-anaknya. Namun, ada yang menyebut nama istri Syekh Yunus adalah Hj. Syarifah Lubis.

Meskipun nama-nama anaknya belum diketahui, Kiai Yusnar pernah berjumpa dengan salah satu putranya yang sampai saat ini masih hidup di Medan. Namun, Kiai Yusnar lupa nama putra Syekh Yusuf yang sudah berusia senja tersebut. “Saya ketemu sekitar dua tahun yang lalu di Medan, anaknya itu sudah berusia sekitar 84 tahun. Tinggal satu anaknya sekarang, tapi lupa saya namanya,” ujar Kiai Yusnar kepada Republika, Kamis (9/1).

Menurut Kiai Yusnar, catatan sejarah tentang kehidupan keluarga Syekh Syusuf sangat minim lantaran para murid-muridnya lebih fokus membahas tentang sosok Syekh Yusuf sebagai ulama besar. “Kita tahu sosoknya saja. Kita tidak mendata siapa nama istri dan anaknya, karena lebih kepada ketokohannya,”ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement