Ahad 23 Feb 2020 10:36 WIB

KB PII: Kelemahan Ekonomi Umat Bukan Takdir

Umat Islam selama ini tidak pernah fokus membangun ekonmi

Ketua Umum KB PII Nasrullah Laranda.
Foto: KB PII
Ketua Umum KB PII Nasrullah Laranda.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Pengurus Pusat Keluarga Besar Pelajar Islam Indonesia (PP KB PII) Periode 2019 – 2023 menyelenggarakan pelantikan pengurus di Gedung Krida Bakti. Kepengurusan baru tersebut merupakan hasil Muktanar ke-6 KB PII yang berlangsung di Yogyakarta, November 2019 .

Pengurus intinya adaah Ketua Umum Nasrullah Larada, Sekjen Asep Effendi dan Ketua Dewan Pertimbangan Soetrisno Bachir.Nasrullahterpilih secara aklamasi untuk periode kedua.

“Sebagai komponen umat Islam, KB PII akan meneruskan peran KB PII sebagai perekat umat, menggalakkan peningkatan Sumber Daya Manusia melalui pendidikan dan meningkatkan peran sosial melalui Lazis dan relawan penanggulangan bencana (Regana),’’ katanya dalam pidato pelantikannya di Jakarta. (22/2).

Selain berperan sebagai perekat umat dan pengembangan SDM, peran KBPII dalam dalam program sosial kemanusiaan melalui Lazis (Lembaga Amil Zakat Infak dan Shadaqoh) dan relawan penanggulangan bencana (Regana). Dua bidang terebut akan menjadi ikon baru KB PII.

"Peran Regana sudah banyak diakui tapi belum terorganisasi dengan baik. Program ini akan diback up dengan keberadaan LAZIS Catur Bhakti," tambah Nasrullah.

Sementara itu Ketua Ketua Dewan Pertimbangan KB PII Soetrisno Bachir meminta KB PII mengambil peran besar dalam pembinaan umat.

Persoalan terbesar umat Islam menurut Ketua Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) adalah masalah ekonomi. Hal ini terjadi karena mindset umat selama ini lebih fokus pada politik. Akhirnya, dalam bidang politik umat Islam kalah berkompetisi, sementara di bidang ekonomi juga mengalami keterpurukan.

"Maka agenda ekonomi harus menjadi agenda utama umat. Dan KB PII harus menjadi penggerak utama," ujar mantan Ketum Umum Partai Amanat Nasional (PAN).

Soetrisno Bachir memandang, soal utama mengapa umat Islam terpuruk di bidang ekonomi disamping karena terlalu fokus pada pertarungan politik. Selain itu  juga karena persoalan mental dan cara pandang terhadap konsep takdir.

"Kita harus mengubah cara pandang tentang konsep takdir. Bahwa takdir itu kita yang menentukan. Jika kita lemah dalam bidang ekonomi, itu karena selama ini kita tidak pernah fokus membangun ekonomi", tambahnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement