Sabtu 22 Feb 2020 08:20 WIB

Samudera Pasai, Berjaya di Ujung Sumatra (3)

Ibnu Batutah memberikan kesannya setelah bertemu raja Samudera Pasai.

Rep: Hasanul Rizqa/ Red: Muhammad Hafil
Samudera Pasai, Berjaya di Ujung Sumatra. Foto: Mata Uang Emas, Samudera Pasai (Ilustrasi).
Foto: Blogger.com
Samudera Pasai, Berjaya di Ujung Sumatra. Foto: Mata Uang Emas, Samudera Pasai (Ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, ACEH -- Dalam catatannya, Ibnu Batutah menjelaskan bahwa raja-raja Pasai menganut mazhab fiqih Imam Syafii. Dia juga menceritakan tentang kemajuan dan kemegahan yang ditunjukkan penguasa setempat. Setiap masuk waktu shalat Jumat, misalnya, sultan Pasai keluar dari ruangannya dengan berjalan kaki.

Kemudian, sultan akan menaiki gajah atau kuda khusus dengan diiringi para pembantunya. Sepanjang jalan menuju masjid kerajaan, iring-iringan sultan ini dihormati rakyat seluruhnya Al-Malikuzh Zhahir II menjadi penguasa yang mendukung penuh dakwah Islam di Samudra Pasai serta Aceh pada umumnya.

Baca Juga

Menurut Ibnu Batutah, seperti dikutip Buya Hamka, sultan tersebut sering mengirimkan mubaligh-mubaligh ke negeri-negeri tetangga yang belum mengetahui Islam. Ada pula utusan-utusan yang sifatnya cenderung pada perluasan pengaruh Kesultanan Samudra Pasai. Tidak sedikit kerajaan sekitar yang tunduk pada rajaraja Pasai dengan cara mengirimkan upeti sesuai ketentuan.

Ibnu Batutah terkesan dengan Al-Malikuzh Zhahir II yang dekat dengan kaum ulama dan fasih berbahasa Arab. Sebagian di an tara para cendekiawan di istana merupakan kalangan sayyid atau keturunan Rasulullah SAW yang berasal dari Shiraz (Iran).

Pengelana yang telah menyambangi China dan India ini sempat bertukar pikiran dengan sultan tersebut. Dia pun meyakini bahwa Al-Malikuzh Zhahir II tidak sekadar cakap memimpin, melainkan juga menguasai ilmu-ilmu agama dan pengetahuan seputar Mazhab Syafii.

Samudra Pasai saat itu menjadi kerajaan yang disegani. Armada perang dan dagangnya terdiri atas kapal-kapal berukuran besar. Kesultanan ini juga memiliki kotakota pelabuhan yang selalu ramai disinggahi para pedagang dari berbagai bangsa.

Ibnu Batutah menuliskan kesannya bahwa al-Malikuzh Zhahir II begitu melindungi semua pedagang yang datang ke negerinya. Dia sendiri juga mendapatkan hadiah yang tidak sedikit dari sang sultan, terutama ketika hendak pamit untuk pulang ke Maroko.

Perdagangan internasional merupakan sendi perekonomian Samudra Pasai. Negeri ini juga menjadi bandar berbagai komoditas yang bernilai tinggi di pasar dunia, semisal la da dan kopi. Sultan-sultan Pasai juga menge luarkan mata uang sendiri yang disebut se bagai deureuham sebagai bukti kedaulatan ekonomi.

Nilai intrinsiknya adalah 70 persen emas murni dengan bobot 0,6 gram. Selain dunia perniagaan, orang-orang Pasai terutama di daerah pedalaman konsen pada pertanian dan peternakan. 

sumber : Harian Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement