REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada 21 Februari 55 tahun silam, dunia Islam kehilangan salah satu sosok Muslim terbaiknya. Muslim asal Amerika itu dikenal sebagai salah satu tokoh politik yang sisi spiritual Islamnya kerap dilupakan dunia.
Peneliti Tamim Mobayed berpendapat bahwa meski Malcolm X dikenal sebagai tokoh politik yang besar pada zamannya, namun dunia tidak boleh mengabaikan sisi rohaninya. Dilansir dari 5 Pillars, Jumat (21/2), dia mengatakan bahwa banyak pelajaran terkait sisi spiritualnya dari berbagai aspek.
Misalnya, sisi politik dan agama seolah dimaknai dunia dengan hal yang kontradiktif dan sulit disatukan. Dalam diri Malcolm, kata dia, dunia perlu melihat contoh bagaimana kedua sisi antara politik dengan agama saling memelihara dan bergantung satu sama lain.
Kebangkitan spiritual pertama
Sementara Malcolm X kerap disimbolkan sebagian besar kalangan sebagai tokoh politik, kebangkitan spiritualnya memainkan peran penting dalam kemunculannya dari dunia yang 'kegelapan' yang pernah dilalui.
Dalam otobiografinya, Malcolm X menjelaskan langkah-langkah awal yang ia mulai ketika pertama kali menyadari pentingnya iman. Mengenal Islam, Malcolm berhasil melepaskan ketergantungannya terhadap rokok dan babi dengan relatif mudah.
Namun demikian, dia mengaku bahwa berdoa lebih sulit. “Tes terberat yang pernah saya hadapi dalam hidup saya adalah berdoa. Untuk menekuk lutut saya untuk berdoa agak sulit ketika itu untuk saya," ungkapnya.
Malcolm menggambarkan tahun-tahun yang dihabiskan dengan mencoba bersujud dan berdoa sebagai kunci dari tantangan yang ia hadapi. Maka, ia mencoba mengatasi egonya untuk mengatasi penghalang hal itu.
"Saya harus memaksakan diri untuk menekuk lutut saya. Dan gelombang rasa malu dan malu akan memaksa saya mundur. Agar kejahatan (yang pernah saya lakukan) harus menekuk lututnya, mengakui kesalahannya, memohon pengampunan Tuhan, adalah hal yang paling sulit di dunia. Ini mudah bagi saya untuk melihat dan mengatakan itu sekarang. Namun ketika itu sulit sekali. Hingga akhirnya saya sekarang tak lepas dari (konsistensi) berdoa. Saya bersyukur," ujarnya.
Adapun salah satu faktor penentu dari kehidupan Malcolm terletak pada putar balik yang mengagumkan yang diambilnya. Yakni dari kehidupan yang penuh dengan hedonisme menjadi salah satu orang sederhana yang berjiwa besar. Pada saat Malcolm meninggalkan penjara, ia mengubah dirinya dengan jelas menjadi seorang pria yang telah 'menaklukkan' dirinya.
Dalam kata-kata salah satu musuhnya misalnya, kekaguman terhadap Malcolm juga digaungkan. Salah satu 'musuhnya' Louis Farrakhan mengungkapkan kekagumannya.
"Tidak ada yang bisa menungguli Malcolm. Dia memiliki pikiran yang cemerlang. Dia disiplin. Saya tidak pernah melihat Malcolm merokok. Saya tidak pernah mendengar Malcolm mengutuk dan mengecam. Saya tidak pernah melihat Malcolm mengedip pada seorang wanita. Saya tidak pernah melihat Malcolm makan di antara waktu puasa. Dia bangun jam lima pagi untuk berdoa. Saya tidak pernah melihat Malcolm terlambat untuk membuat janji," ujarnya.
Tingkat kedisiplinan dan komitmen terhadap iman ini adalah contoh cemerlang dari seorang pria yang selaras dengan diri rohaninya. Malcolm bisa saja aktif secara politik namun ia sangat konsisten dalam keimanannya. Komitmennya terhadap iman itulah yang mencegah Malcolm dari tindakan-tindakan zalim.
Hal itu juga lah yang merupakan salah satu alasan yang membedakan Malcolm X dari para politisi lainnya.