Rabu 19 Feb 2020 22:06 WIB

Silaturahim ke MUI, Puan Maharani Ingin Sinergi dengan Ulama

Puan Maharani menghadiri rapat pleno Dewan Pertimbangan MUI.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Nashih Nashrullah
Ketua DPR RI Puan Maharani (kedua kiri) bersama Ketua Dewan Pertimbangan MUI Din Syamsuddin (tengah) Wakil Ketua MPR Ahmad Basarah (kiri) Sekretaris Jendral MUI Anwar Abbas (kedua kanan), Wakil Dewan Pertimbangan MUI Noor Achmad (kanan) saat Rapat Pleno ke-50 di Kantor Majelis Ulama Indonesia, Jakarta, Rabu (19/2).
Foto: Republika/Thoudy Badai
Ketua DPR RI Puan Maharani (kedua kiri) bersama Ketua Dewan Pertimbangan MUI Din Syamsuddin (tengah) Wakil Ketua MPR Ahmad Basarah (kiri) Sekretaris Jendral MUI Anwar Abbas (kedua kanan), Wakil Dewan Pertimbangan MUI Noor Achmad (kanan) saat Rapat Pleno ke-50 di Kantor Majelis Ulama Indonesia, Jakarta, Rabu (19/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Ketua DPR RI, Puan Maharani, silaturahim dengan perwakilan ormas-ormas Islam yang ada di Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) di kantor MUI Pusat, Rabu (19/2). Petinggi PDIP ini mengungkapkan ingin DPR bersinergi dengan MUI untuk bersama-sama membangun bangsa Indonesia.

Puan mengatakan, kedatangannya ke MUI untuk silaturahim dalam rangka mendekatkan diri dengan ormas-ormas Islam yang ada di MUI. Sehingga MUI dan DPR bisa bersinergi dalam membangun Indonesia agar menjadi lebih baik. 

Baca Juga

"Kedatangan saya kali ini melakukan silaturahim ke MUI, untuk bisa mendekatkan diri sehingga antara MUI dan DPR RI bisa bersinergi dalam membangun Indonesia ke depan menjadi lebih baik, ini salah satu caranya silaturrahmi," kata Puan kepada Republika.co.id di kantor MUI Pusat, Rabu (19/2). 

Dia menegaskan, jangan sampai ada salah persepsi karena tidak ada komunikasi antara DPR dan MUI. Menurutnya komunikasi harus dijaga melalui silaturrahim karena budaya silaturrahmi ini milik Indonesia yang mungkin tidak dimiliki negara lain.  

"Kita harus selalu menjaga kerukunan melalui toleransi beragama dan silaturrahim di antara kita semua yang merupakan negara besar dengan berbagai macam suku dan agama," ujarnya.  

Ketua Dewan Pertimbangan MUI, Din Syamsuddin menyampaikan, Wantim MUI berterimakasih atas kehadiran ketua DPR RI ke MUI untuk berdialog dengan anggota Wantim MUI. "Saya nilai dialog singkat tadi itu sangat positif, terbuka, bermanfaat, terutama ada kesediaan kedua belah pihak untuk mengembangkan komitmen kebangsaan yang sama," ujarnya.

Menurut Din, ada peluang terbuka untuk MUI dan DPR berkomunikasi dalam membahas Rancangan Undang-undang (RUU). Terutama RUU yang berkaitan dengan kepentingan masyarakat khususnya umat Islam.

Din menilai Puan sangat simpatik dan akrab. Puan juga menyampaikan kunjungannya ke MUI bukan yang pertama dan terakhir. Anggota Wantim MUI juga banyak menyampaikan penghargaan dan harapan kepada Ketua DPR RI.

"Agar Puan Maharani yang pada dirinya mengalir darah Taufiq Kiemas dan Soekarno untuk bisa mewarisi wawasan dan pikiran dan langkah-langkah yang dilakukan oleh kedua orang tua beliau itu yang cenderung mempersatukan dan mengharmonisasikan antara kalangan Islam dan nasionalis," ujarnya.

Di tempat yang sama, Wakil Sekretaris Jenderal Bidang Kerukunan Antarumat Beragama MUI (Wasekjen MUI), Nadjamuddin Ramly, mengatakan adanya kelompok yang disebut partai nasionalis dan partai Islam hanya klaster politik saja. Sebab kelompok nasionalis juga Islam dan kelompok Islam juga nasionalis. 

Dia menegaskan, sejak dulu tidak ada disparitas dan polaritas antara partai nasionalis dan partai Islam. Panitia Sembilan yang merumuskan Pancasila juga gabungan dari kalangan nasionalis dan Islam. Soekarno menjadi ketua panitia sembilan dan Mohammad Hatta menjadi wakil ketuanya.   

Kemudian dalam Panitia Sembilan ada KH Abdul Wahid Hasjim yang mewakili umat Islam dari Nahdlatul Ulama dan Abdoel Kahar Moezakir dari Muhammadiyah. Selain itu ada Achmad Soebardjo, Mohammad Yamin, Agus Salim, Abikoesno Tjokrosoejoso, dan Alexander Andries Maramis yang mewakili Kristen.  

"Dari formasi itu saja sudah kelihatan kalau negeri ini adalah akumulasi dari kekuatan kekuatan itu dan mereka bersahabat, walau secara diametral kadang bersinggungan dan tidak bertemu ide dan pendapat mereka, tapi hubungan kebatinan, silaturahim dan hubungan kemanusiaan mereka tetap menyatu," ujarnya. 

Nadjamuddin menceritakan betapa sengitnya perdebatan antara Mohammad Natsir sebagai Ketua Masyumi dan Ignatius Joseph Kasimo Hendrowahyono Ketua Partai Katolik. Tapi setelah perdebatan sengit mereka pulang ke rumah berboncengan di sepeda dan makan barsama di warteg.  

Dia menegaskan, seharusnya sikap tokoh-tokoh bangsa seperti itu menjadi teladan bagi para elit dan tokoh saat ini. Tokoh para pendiri bangsa ini tidak hanya berkata-kata tapi juga bertindak dan langsung dipertontonkan kepada publik tanpa basa-basi. 

"Saya kira kehadiran Puan Maharani sebagai ketua DPR RI dan petinggi PDIP (ke MUI), saya kira ini hanya sekedar nostalgia saja, kehadirannya tidak memberikan perlambang adanya gesekan dan polarisasi (antara Islam dan nasionalis) ini hanya sekedar menguatkan kembali ikatan-ikatan," ujarnya.

DIa menjelaskan, tujuan silaturahim ini agar jangan sampai setelah pilpres ada luka. Kalau ada luka harus disembuhkan dan jika ada polarisasi harus didekatkan lagi. Sehingga kohesifitas masyarakat indonesia akan semakin bagus.

Dia menambahkan, semuanya adalah elemen Islam walau ada yang berjuang di partai nasional, partai Islam dan lain sebagainya. Tujuan mereka sama untuk mewujudkan Indonesia yang adil, beradab, maju, sejahtera sebagai mana implementasi dari sila-sila yang ada di Pancasila.  

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement