REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pahlawan Nasional dari Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Situbondo, KHR As’ad Syamsul Arifin pernah berwasiat kepada umat Islam tentang Pancasila. Menurut Kiai As’ad, umat Islam hendaknya tetap membela dan mempertahankan kemurnian nilai-nilai luhur Pancasila.
Dalam buku KHR As’ad Syamsul Arifin: Riwayat Hidup dan Perjuangannya diceritakan, sebelum wafat almarhum Kiai As’ad sempat menerima kunjungan Pangdam V Brawijaya, Mayjen TNI R Hartono. Dalam pertemuan yang terakhir itu, Kiai As’ad pun berpesan.
“Hendaknya masyarakat Muslim dapat tetap membela dan tetap mempertahankan kemurnian nilai-nilai luhur Pancasila,” pesan ini disampaikan Mayjen TNI R Hartono saat menghadiri peringatan ke-40 hari wafatnya Kiai As’ad.
Kiai As’ad memang dikenal sebagai pahlawan Pancasila. Dalam sambutannya di buku biografi KHR As’ad Syamsul Arifin, Menteri Agama Tarmizi Taher juga mengatakan, dalam memperjuangkan Pancasila sebagai satu-satunya asas bagai kehidupan berbangsa dan bernegara, Kiai As’ad mempunyai andil yang besar.
Kiai As’ad yang pertama kali mengemukakan sila pertama Pancasila adalah cerminan dari ajaran Tauhid dalam Islam. Bahkan, pemikiran Kiai As’ad itu dikemukakan langsung kepada Presiden Soeharto, saat beliau menghadap dalam keperluan perubahan buku Pendidikan Moral Pancasila (PMP).
Perwakilan dari keluarga Kiai Haji Raden As'ad Syamsul Arifin menerima piagam pahlawan nasional dari Presiden Joko Widodo pada acara penganugerahan Pahlawan Nasional di Istana Negara, Jakarta di 2016.
Dalam Musyawarah Nasional (Munas) Ulama NU yang digelar di pesantren Kiai As’ad pada 18-21 Desember 1983, akhirnya NU menerima Pancasila sebagai asas tunggal. Langkah NU ini pun kemudian diikuti oleh ormas-ormas Islam lainnya di Indonesia.
Satu tahun setelah digelarnya Munas Ulama NU tersebut, pesantren yang dipimpin Kiai As’ad kembali menjadi tuan rumah digelarnya Muktamar NU ke-27, tepatnya pada Desember 1984. Acara pembukaan forum tertinggi NU tersebut dihadiri Presiden Soeharto dan sejumlah menteri.
Dalam pidatonya, Presiden Soeharto pun mengemukakan dalam negara Pancasila setiap warga negara memperoleh motivasi dan inspirasi dari agama dan kepercayaan yang dianut masing-masing dalam memikul tanggung jawab bersama membangun masyarakat, bangsa, dan negaranya.