REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Seseorang yang ingin memiliki anak pasti memiliki motif dan niat yang berbeda-beda. Sebagian orang ada yang ingin dikaruniai anak agar kelak bisa berbakti kepadanya dan sebagian lainnya ada juga yang hanya sebatas ingin punya keturunan.
Para nabi terdahulu juga memiliki niat yang berbeda-beda ketika ingin dikaruniai anak, seperti halnya Nabi Ibrahim dan Nabi Zakariya. Kedua nabi ini memiliki beberapa motif yang menjadi alasan atau pendorong keinginan untuk mempunyai keturunan.
Seperti dijelaskan Galih Maulana dalam bukunya yang berjudul “Ikhtiar Mendapat Anak Shaleh”, Nabi Ibrahim ingin mengekalkan kalimat tauhid lewat perantara keturunannya, Allah berfirman dalam Alquran:
وَجَعَلَهَا كَلِمَةً بَاقِيَةً فِي عَقِبِهِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
“Dan (Ibrahim) menjadikan (kalimat tauhid) itu kalimat yang kekal pada keturunannya agar mereka kembali (kepada kalimat tauhid itu).” ( QS az-Zukhruf: 28)
Artinya, ketika Nabi Ibrahim memiliki anak, selain karena sebagai buah hati bapak para nabi tersebut juga mempunyai kepentingan tertentu, yaitu supaya mengekalkan kalimat tauhid.
Sementara itu, Nabi Zakariya ingin mempunyai anak supaya menjadi penerus kenabian dan keilmuan dari keluarga Ya’qub, Allah berfirman menghikayatkan doa Nabi Zakariya:
وَإِنِّي خِفْتُ الْمَوَالِيَ مِنْ وَرَائِي وَكَانَتِ امْرَأَتِي عَاقِرًا فَهَبْ لِي مِنْ لَدُنْكَ وَلِيًّا
يَرِثُنِي وَيَرِثُ مِنْ آلِ يَعْقُوبَ ۖ وَاجْعَلْهُ رَبِّ رَضِيًّا
“Dan sungguh aku khawatir terhadap kerabatku sepeninggalanku, padahal istriku seorang yang mandul, maka anugerahilah aku seorang anak dari sisi-Mu yang akan mewarisi aku dan mewarisi dari keluarga Ya’qub dan jadikanlah dia ya Tuhanku seorang yang diridhai.” (QS Maryam: 5-6)
Belajar dari niat dua nabi tersebut, maka umat Islam bisa mengambil pelajaran atau contoh teladan dari mereka. Jika ingin dikaraniai anak yang saleh, maka berniatlah yang baik untuk anak kita, sehingga Allah memberikan balasan yang baik atas niat kita itu.