Kamis 13 Feb 2020 18:08 WIB

Studi: Orang Jerman Masuk Islam untuk Mencari Solusi Hidup

Orang Jerman memeluk Islam untuk menemukan kedamaian hidup.

Rep: Muhyiddin/ Red: Nashih Nashrullah
Orang Jerman memeluk Islam untuk menemukan kedamaian hidup. Bendera Jerman
Foto: chaldean.org
Orang Jerman memeluk Islam untuk menemukan kedamaian hidup. Bendera Jerman

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Tidak dapat dimungkiri bahwa kemajuan Eropa bersumber dari khazanah ilmu pengetahuan dan metode berpikir Islam yang rasional. Di antara saluran masuknya peradaban Islam ke Eropa adalah Perang Salib, Sicilia, dan yang terpenting adalah kejayaan Islam Spanyol.

Dalam buku berjudul Sejarah Peradaban Islam: Dirasah Islamiyah II, Badri Yatim menjelaskan, ketika Islam mengalami kejayaan di Spanyol, banyak orang Eropa yang datang belajar ke sana, kemudian menerjemahkan karya-karya ilmiah umat Islam. Hal ini dimulai sejak abad ke-12 Masehi.

Baca Juga

Dalam perkembangan selanjutnya, kemudian lahirlah renaissance, reformasi, dan rasionalisme di Eropa dan melalui gerakan-gerakan inilah melahirkan perubahan-perubahan besar dalam sejarah dunia. Abad ke-16 dan 17 M merupakan abad yang paling penting bagi Eropa, sedangkan Islam mulai mengalami kemunduran.

Pembicaraan mengenai Islam dan komunitas Muslim di negara-negara Barat kini menjadi salah satu topik menarik. Di sebagian besar negara Eropa, Islam bahkan telah menjadi agama terbesar kedua dan keberadaanya mulai diperhitungkan sebagai agama yang diakui pemerintah.

Salah satu negara Eropa yang memiliki penduduk Muslim yang besar adalah Jerman, dengan jumlah berkisar 4,7 juta jiwa orang atau sekitar 5,7 persen dari total populasi Jerman yang sebesar 83 juta jiwa. Keberadaaan orang-orang Islam pertama di Jerman tidak terlepas dari masuknya bangsa Turki pada akhir abad ke-17.

Orang-orang Muslim dari Turki menetap dan berketurunan di wilayah tersebut. Ketika bangkitnya industri-industri di Eropa, warga Muslim dari Turki dan Timur Tengah semakin banyak yang bermigrasi untuk mencari pekerjaan ke Eropa, termasuk Jerman.

Pada 1961, 1963, dan 1965 orang-orang keturunan Turki, Maroko, dan Tunisia direkrut sebagai pekerja di Jerman atas persetujuan antara pemerintah Jerman dengan negara-negara bersangkutan. Di samping itu, warga Muslim dari Lebanon, Palestina, Afghanistan, Aljazair, Iran, Iran dan Bosnia juga datang ke Jerman untuk mengungsi lantaran negara mereka dilanda perang.

Sebagai negara maju, Jerman juga menjadi target bisnis dan pendidikan. Banyak para profesional, pebisnis, pekerja dan mahasiswa muslim yang datang ke Jerman, dan sebagian kemudian menetap di sana. 

Berdasarkan data statistik pada 1999, umat Islam di Jerman berasal dari Turki, Bosnia, Iran, Marokko, Afghanistan, Libanon, Pakistan, Tunisia, Suria , Aljazair, Irak, Mesir, termasuk dari Indonesia.

Satu fenomena yang menarik belakangan bahwa tingkat konversi orang-orang Jerman ke Islam cukup tinggi. Majalah ternama Jerman Der Spiegel menyebutkan bahwa antara Juli 2004 dan Juni 2005 saja terdapat sekitar 4.000 orang di Jerman yang masuk Islam. Kebanyakan para mualaf berasal dari kalangan terpelajar.

Menariknya, fenomena ini terjadi justru di saat media-media Barat gencar mengaitkan Islam dengan terorisme. Lalu apa motivasi masuknya orang-orang Jerman ke Islam?

Monika Wohlrab Sahr dari Institut für Kulturwissenschaften Universitas Leipzig dalam studinya menyatakan motivasi mereka masuk Islam dalam bahasa Jerman, “viele auf der Suche nach dem “andersartigen”. Artinya, banyak yang sedang mencari bentuk lain.

Dalam banyak kasus, menurut dia, banyak pelaku konversi tersebut mengalami problematika kehidupan dan menemukan solusi dalam Islam, bukan karena membanding-bandingkannya dengan agama lain sebagaimana yang kerap digambarkan.

Monika menyebutkan bahwa penekanan terhadap kedisiplinan dan kepatuhan dalam Islam lebih kuat. Muallaf Jerman juga mengaku tertarik pada Islam karena ajaran ini paling jelas merinci tuntunan hidup bagi umatnya, dan ajarannya tetap relevan hingga saat ini.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement