REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejarah panjang Dompet Dhuafa tidak terlepas dari harian umum Republika. Saat itu, melalui gagasan sejumlah awak media yang berada di Republika tahun 1993, lahirlah sebuah lembaga nirlaba yang bertujuan untuk memberdayakan kaum dhuafa di Tanah Air.
Kali ini, bertepatan dengan Hari Pers Nasional (HPN) yang jatuh setiap tanggal 9 Februari, Dompeh Dhuafa ingin kembali menegaskan pentingnya peran pers dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Pers tidak hanya hadir dalam fungsi penyiaran, namun perannya bisa sampai pada ranah kemanusiaan. Dalam konteks kebaikan, pers juga memerankan peranan sentral dalam mendorong dan menghimpun gerakan kebaikan masyarakat.
Keberadaan media cetak, eletronik dan online berkembang pesat seiring dengan perkembangan kehidupan masyarakat Indonesia. Hal itu terjadi, berkat sentuhan teknologi canggih, seiring kian modernnya proses kerja para jurnalis.
Para insan pers dalam menjalani tugas harus berpegang teguh dengan kode etik dan UU Pers, yang menjadi rambu dan landasan hukum. Namun, selain kedua payung hukum tersebut, sentuhan baru berupa paham jurnalisme kenabian (jurnalisme profetik) diharapkan menjadi acuan bagi para insan pers, dalam proses kerja jurnalistik.
Jurnalisme profetik merupakan genre jurnalisme yang diperlukan Indonesia dan bahkan dunia saat ini. Ketika kebebasan berekspresi dapat dilakukan dengan sangat cepat dan menjangkau seluruh jagat oleh siapa pun hampir tanpa batas. Terkait kemajuan teknologi informasi dengan segala dampak positif dan terutama negatifnya, termasuk penyebaran narkoba, pornografi, dan terorisme.
Wartawan dan media massa mengemban tugas mulia, tugas kenabian untuk menyampaikan kabar gembira dan peringatan (agar manusia melakukan amar makruf dan nahi munkar).
"Jurnalisme Profetik adalah Jurnalisme Kenabian. Maksudnya, jurnalisme yang meneladani akhlak dan perilaku mulia para nabi dan rasul. Saya sangat berharap generasi wartawan saat ini menerapkan jurnalisme profetik saat menjalani tugasnya,” tutur drg. Imam Rulyawan MARS, Direktur Eksekutif Dompet Dhuafa, Ahad (9/2).
Di sisi lain, kiprah insan pers dalam pemberitaan dibidang kemanusiaan turut berkontribusi membangun nilai-nilai kepedulian kepada khalayak masyarakat. Dompet Dhuafa, lembaga zakat yang bergerak dalam bidang kemanusiaan lahir dari gagasan beberapa Tokoh Pers Nasional.
“Pers sangat diperlukan untuk menyampaikan informasi dan melakukan edukasi sehingga masyarakat menjadi cerdas. Pers juga memiliki peran untuk menginspirasi masyarakat dengan nilai-nilai kepedulian dan solidaritas kemanusiaan. Pers berkontribusi dalam mewujudkan masyarakat sejahtera yang penuh keharmonisan,” ujar drg. Imam Rulyawan, MARS.
Saat ini pers mempunyai peranan sentral dalam mengungkap persoalan kemiskinan sehingga mendapat perhatian dan menjadi prioritas penanganannya. Seperti musibah bencana kelaparan, busung lapar dan gizi buruk, sulitnya mengakses modal usaha dan bantuan pemerintah yang berorientasi penanggulangan kemiskinan, lemahnya pelayanan di bidang kesehatan dan pendidikan, permukiman kumuh, tingkat pengangguran begitu tinggi serta perlakuan tidak adil terhadap buruh yang dialami warga miskin.
Peranan pers tersebut, mendorong Dompet Dhuafa untuk sigap bertindak dalam mengentaskan kemiskinan seiring capaian SDG’s pemerintah melalui lima pilar program yaitu pendidikan, kesehatan, ekonomi, sosial, dakwah dan budaya.“Sebagai jurnalis tentunya independensi harus dijaga. Namun jurnalis bukan berarti tak berpihak. Salah satu keberpihakan profesi jurnalis yakni pada kebenaran dan kemanusiaan," katanya.