Ahad 09 Feb 2020 11:10 WIB

Minim Buku Cerita Anak Muslim, Guru di Inggris Jadi Penulis

Guru di Inggris menjadi penulis karena minimnya buku cerita anak muslim.

Rep: Febryan A/ Red: Muhammad Hafil
Minim Buku Cerita Anak Muslim, Guru di Inggris Jadi Penulis. Foto: Buku-buku Islam
Foto: Putra M Akbar/Republika
Minim Buku Cerita Anak Muslim, Guru di Inggris Jadi Penulis. Foto: Buku-buku Islam

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Zanib Mian berhasil menerbitkan dua buku cerita anak-anak. Perempuan yang awalnya adalah seorang guru di Inggris itu tergugah untuk menulis setelah memiliki anak sendiri. Ia menyadari betapa minimnya buku cerita anak bernuansa kehidupan Muslim.

"Saya menyadari bahwa segalanya tidak berubah sejak saya masih di sekolah dasar. Beragam karakter masih hilang dari buku anak-anak," kata Mian kepada The New Arab, Jumat (7/2).

Baca Juga

Dengan sejumlah alasan itu, Mian akhirnya membuat buku cerita anak. Sebuah cerita yang bisa menghubungkan dunia anak dan dunia Muslim. Ia pun memilih fokus berkarier sebagai penulis.

"Dorongan untuk menulis buku itu datang dari keinginan memberi dunia sebuah keluarga Muslim reguler, yang sama seperti keluarga lainnya, penuh dengan keanehan, kekonyolan, persaingan saudara kandung, dan kerusakan. Saya ingin buku itu memperbaiki beberapa stereotip negatif dari Muslim," katanya.

Namun, keberhasilan tak datang dengan mudah padanya. Tak ada penerbit yang mau mempublikasikan karyanya. Akhirnya ia memilih jalur independen.

"Saya menerbitkan The Muslims, yang sekarang adalah Planet Omar, di bawah penerbit independen saya sendiri. Ia memenangkan penghargaan Little Rebels pada tahun 2018, yang ketika itu benar-benar mendapat sorotan dan membuat penerbit besar tertarik," ungkap Mian.

Buku Planet Omar bercerita tentang sebuah keluarga muslim yang unik di Kota London. Narasi diceritakan lewat sudut pandang seorang Omar yang berusia delapan tahun. Diceritakan di sana, Omar adalah anak yang baru pindah sekolah lantaran orang tuanya pindah rumah. Namun, karena ia "berbeda", bocah itu selalu diganggu oleh anak-anak lain.

Ternyata, Mian membuat cerita itu berlandaskan pengalaman anaknya sendiri yang saat itu berusia sembilan tahun. "Dia memiliki identitas Muslim yang jelas serta identitas Inggris yang jelas," kata Zanib. "Dia lucu, nakal, baik hati dan bisa menjadi magnet yang merepotkan!"

Yang membuat buku ini spesial adalah bagaimana Mian memberikan konteks sebagaimana yang dihadapi kaum muda dunia saat ini. Yakni, rasisme dan intimidasi. "Dengan kampanye Trump untuk kepresidenan dan Brexit di Inggris, ada banyak prasangka bertahan, bahkan anak-anak di taman bermain itu tidak terlindungi," kata Mian.

Kesuksesan buku Planet Omar masih akan berlanjut. Sebab, akan ada serial keduanya yang berjudul Planet Omar: Unexpected Super Spy.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement