REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Imam Nawawi
Setiap jiwa sejatinya mendambakan kebahagiaan, keberhasilan, kesuksesan, dan kemenangan di dalam menjalani kehidupan dunia ini. Hal ini karena fitrah manusia memang menghendaki segala macam kebaikan dan pencapaian keberhasilan yang membahagiakan.
Mengenai hal tersebut, Alquran ternyata memberikan pesan atau tepatnya perintah yang tegas jika benar-benar menginginkan keberhasilan yang sejati, yakni bahagia di dunia dan bahagia di akhirat.
"Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah bertobat besertamu dan janganlah kamu melampaui batas." (QS Hud [11]: 112).
Ibn Katsir menjelaskan, Allah memerintahkan Rasul dan hamba-hamba-Nya yang beriman untuk teguh dan selalu tetap dalam istiqamah. Sebab, hanya itulah gerbang terbaik untuk mendapatkan pertolongan yang besar dalam meraih kemenangan atas musuh-musuh dan dapat menghindari bentrokan, serta dapat terhindar dari perbuatan melampaui batas, karena melampaui batas itu merupakan kehancuran.
Jika kita klasifikasi, kita dapati tiga perkara utama. Pertama, istiqamah. Kedua, bersama orang-orang yang tobat. Ketiga, tidak melampaui batas.
Istiqamah sangat penting karena tanpa keistiqamahan iman dan Islam seseorang akan mudah goyah, rapuh, dan pada akhirnya runtuh. Oleh karena itu, kala seorang sahabat bertanya kepada Nabi perihal urusan paling penting dalam hidup yang ia tidak perlu bertanya kepada siapa pun. Nabi berpesan tegas, "Katakanlah aku beriman lalu istiqamahlah." (HR Muslim).
Istiqamah yang dimaksud adalah terhadap segala hal yang Allah perintahkan (kama umirta), yang itu berarti tidak ada yang lebih patut diutamakan dalam hidup ini selain menjalankan perintah-Nya, bagaimanapun situasi dan kondisinya. Misalnya, perintah shalat, menutup aurat terutama bagi wanita, apa pun kondisinya, menjalankan perintah tersebut hingga akhir hayat adalah wajib istiqamah.
Selanjutnya, bersama orang-orang yang bertobat. Artinya, kita mesti menjaga pergaulan agar dapat memastikan perintah istiqamah tetap terjaga. Jika seorang Muslimah ingin istiqamah dengan hijab, sudah sepatutnya ia memilih berada dalam komunitas orang yang menjaga hijab. Bukan malah sebaliknya, bergaul tanpa batas yang akhirnya menggoyahkan iman dan tekadnya dalam hijrah di jalan-Nya.
Terakhir, tidak melampaui batas. Hal ini berlaku dalam semua hal, termasuk ibadah dan amal saleh. Beribadah, shalat sunah, misalnya, sangat tidak dianjurkan sampai semalam suntuk. Termasuk bersedekah, juga tidak boleh terlalu royal sampai kemudian harus hidup dalam kesulitan, apalagi sampai meminta-minta. Semampu diri saja melakukannya karena amal yang terbaik dalam pandangan Allah adalah yang dikerjakan secara konsisten, ajek, alias istiqamah meski sedikit.
Pernah pada masa Rasulullah seorang sahabat tidak mau makan (puasa terus-menerus) tidak mau tidur (shalat malam, semalam suntuk), bahkan tidak pula mau membersamai istrinya. Rasulullah menegur dan mengatakan bahwa hiduplah sebagaimana Nabi hidup. Ada kalanya puasa, tapi juga tetap berbuka. Mengisi malam dengan shalat, tetapi juga tetap tidur, dan tidak meninggalkan kewajiban membersamai istri.