Selasa 04 Feb 2020 18:19 WIB

Ribuan Tukang Becak Ikut Majelis Taklim

Sebanyak 5.000 tukang becak di berbagai daerah mengikuti majelis taklim.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Muhammad Hafil
Ribuan Tukang Becak Ikut Majelis Taklim. Foto: Direktur Program Nurul Hayat (NH) Amil Zakat Kholaf Hibatulloh (kiri) didampingi Chief of Marketing officer Nurul Hayat (NH) Amil Zakat Anam Bissri (kedua kiri) bersama rombongan menyampaikan kata pengantarnya kepada Wakil Redaktur Pelaksana Republika Heri Ruslan bersama jajaran redaksi, saat berkunjung ke kantor pusat Republika Jakarta, Selasa (4/2). Pada kunjungan silaturahmi ini, juga membicarakan berbagai kegiatan yang akan dilaksanakan bersama.
Foto: Darmawan/Republika
Ribuan Tukang Becak Ikut Majelis Taklim. Foto: Direktur Program Nurul Hayat (NH) Amil Zakat Kholaf Hibatulloh (kiri) didampingi Chief of Marketing officer Nurul Hayat (NH) Amil Zakat Anam Bissri (kedua kiri) bersama rombongan menyampaikan kata pengantarnya kepada Wakil Redaktur Pelaksana Republika Heri Ruslan bersama jajaran redaksi, saat berkunjung ke kantor pusat Republika Jakarta, Selasa (4/2). Pada kunjungan silaturahmi ini, juga membicarakan berbagai kegiatan yang akan dilaksanakan bersama.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga amil zakat nasional (Laznas) Nurul Hayat mempunyai program majelis taklim abang becak (mata baca). Sebanyak 5.000 tukang becak di berbagai  daerah mengikuti program tersebut.

Direktur Program Nurul Hayat, Kholaf Hibatullah menceritakan latar belakang dibuatnya program mata baca. Dulu saat datang waktu shalat Jumat, banyak tukang becak yang tidur di becaknya. Padahal mereka semua Muslim tapi tidak menghiraukan panggilan shalat Jumat.

Baca Juga

"Maka Laznas Nurul Hayat berupaya untuk membuat para tukang becak tersebut rajin sembahyang, maka dibuatlah program majelis taklim abang becak atau mata baca," kata Kholaf saat silaturrahim ke Kantor Harian Republika, Selasa (4/2).

Ia menjelaskan, dalam program mata baca ada pelajaran fikih tentang shalat, perawatan jenazah, zakat, infak, sedekah dan yang lainnya. Nurul Hayat berharap para tukang becak yang ikut majelis taklim memiliki pengetahuan yang lengkap tentang Islam.

Sebagai upaya melibatkan partisipasi para tukang becak ke dalam program. Nurul Hayat membantu para tukang becak membuat grup yang dipimpin oleh seorang koordinator. Kemudian mereka menentukan siapa ustaz yang akan mengajari mereka, kapan dan di mana majelis taklim dilaksanakan.

"Jadi setiap satu bulan sekali mereka melaksanakan majelis taklim abang becak, saat ini ada 3.000 peserta majelis taklim abang becak di Surabaya, kalau seluruh Indonesia ada 5.000 abang becak," ujarnya.

Kholaf menyampaikan, sebagian tukang becak sudah tersentuh program pemberdayaan. Kini mereka tidak semuanya menjadi tukang becak. Ada yang memiliki usaha tambal ban, tukang sate keliling, buka warung dan lain-lain.

Mengenai dukungan yang diberikan Nurul Hayat kepada tukang becak di antaranya membiayai ustaz yang membimbing mereka. Membiayai pelaksanaan majelis taklim dan menyediakan konsumsi. Selain itu diadakan wisata religi secara bergilir untuk setiap grup majelis taklim.

"Supaya mereka (tukang becak) tahu sejarah Islam di Pulau Jawa, antusias teman-teman abang becak (ikut majelis taklim) juga cukup tinggi," ujarnya.

Awalnya, Nurul Hayat memberikan insentif kepada tukang becak yang rajin mengikuti majelis taklim sebulan sekali. Bila mereka menghadiri majelis taklim minimal sepuluh kali dalam setahun maka intensif untuk mereka bisa diberikan menjelang Ramadhan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement