Selasa 04 Feb 2020 17:59 WIB

Albertus Patty: Bukan Gaya Hidup, Gereja di Mal Itu Terpaksa

Sulit sekali bangun gereja di tengah masyarakat, karena selalu tidak diberi izin.

Rep: Zainur Mahsir Ramadhan / Red: Andi Nur Aminah
Pdt Albertus Patty
Foto: Twitter
Pdt Albertus Patty

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mantan ketua Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) Pdt Albertus Patty menyatakan, pendirian gereja di mal bukan gaya hidup, melainkan keterpaksaan. Menurut dia, hal tersebut juga telah lama terjadi di Indonesia.

“Sulit sekali bangun gereja di tengah masyarakat, karena selalu tidak diberi izin. Akhirnya ada ruangan yang bisa dipakai ya pakai saja, maksudnya seperti itu,” ujar dia ketika dikonfirmasi Republika.co.id, Selasa (4/2).

Baca Juga

Dia melanjutkan, meski awalnya karena sulit mendapat izin untuk membangun gereja, lambat laun gereja di mal memang bergeser menjadi tren. Terkait opsi lainnya untuk berpindah dari mal, ia menampik karena sulitnya akses, selain dari menyewa gedung di mal atau hotel.

Dia mengatakan, keberadaan gereja juga tak seperti masjid, di mana jemaat gereja terbatas pada anggota organisasi. Dia menyontohkan, meski di lingkungannya ada gereja pantekosta, namun ia tak bisa beribadat di sana, karena sudah terbiasa di Gereja Bethel Indonesia (GBI).

Dia mengaku, meski banyak gereja di mal, namun pihaknya tak ingin hal tersebut terus bertambah. Sebab, bukan semakin banyak jemaat yang bergabung, melainkan perpecahan dari organisasinya yang akan terjadi. “Ada 323 organisasi gereja di Indonesia, beberapa waktu lalu kami di PGI melakukan moratorium dengan Dirjen Agama agar memang sebaiknya jangan bertambah lagi,” kata dia.

Oleh sebab itu, pihaknya meminta agar izin mendirikan gereja tak dipersulit. Terlebih dengan minimnya gereja yang bisa digunakan jemaat saat ini.

Di berbagai kota memang kerap kali ditemui gereja mal, karena keterbatasan tempat, tak terkecuali di Jakarta sendiri. Dari pantauan Republika.co.id, Mal Pejaten Village (Penvil) juga memiliki gereja di lantai paling atas.

“Gereja GBI di mal Pejaten Village ini sudah lebih dari 10 tahun berdirinya, meski pada tahun lalu lokasi gereja dari lantai tiga pindah ke sini (lt 4)” ujar staff Gereja GBI Pejaten Village, Robin di lokasi.

Dia menegaskan, aktivitas di gereja itu tak hanya dilakukan setiap Ahad, tetapi tiga hari dalam sepekan, yaitu Ahad, Rabu dan Jumat. Dia menjelaskan, berbeda dengan Ahad dan Rabu, khusus Jumat, gereja digunakan untuk beribadah staff di Penvil.

“Kami di sini sewa setiap bulannya. Untung harga bisa dimiringkan oleh pengelola karena ini bersifat sosial,” kata dia tanpa menyebut harganya.

Robin menegaskan, setiap Ahad, jemaat yang datang berjumlah sekitar 200 orang. Menurut dia, jumlah itu berkurang dari pada saat gereja berada di lantai bawah.

Robin menambahkan, sejumlah jemaat memutuskan tak datang beribadat ke Penvil lagi, dengan alasan ruangan yang menjadi sempit dan terbatas. “Karena di bawah digunakan untuk toko-toko,” katanya.

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement