Jumat 31 Jan 2020 18:23 WIB

Harlah ke-94 NU, Kiai Said: NU Selalu Bersama Rakyat Kecil

Momentum Harlah ke-94, NU menegaskan tetap bersama rakyat kecil.

Rep: Andrian Saputra/ Red: Nashih Nashrullah
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Said Aqil Siraj menegaskan momentum Harlah ke-94, NU tetap bersama rakyat kecil.
Foto: Republika TV/Havid Al Vizki
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Said Aqil Siraj menegaskan momentum Harlah ke-94, NU tetap bersama rakyat kecil.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, KH Said Aqil Siradj, berharap peringatan hari lahir NU yang ke-94 jadi momentum NU untuk berkontribusi dalam mewujudkan kemandirian ekonomi umat. Menurut Said PBNU akan selalu berada bersama dan memperjuangkan nasib rakyat kecil.  

"Kita selalu menyuarakan, saya advokasi menyuarakan rakyat kecil yang masih hidup sengsara. Betul itu, kalau kita lihat rakyat kecil masih hidup sengsara, lihat di daerah masih menyedihkan, rumahnya reyot, kerjaannya engga jelas, makannya dari mana, anaknya telanjang, perutnya busung. NU selalu bersama rakyat kecil, memikirkan nasib mereka yang belum baik," kata Said Aqil Siradj usai menghadiri groundbreaking gedung PBNU di Jakarta pada Jumat (31/1).   

Baca Juga

Salah satu upaya yang akan terus digulirkan PBNU untuk mendorong kemandirian ekonomi umat adalah gerakan koin. 

Setiap masyarakat dapat turut andil bersedekah pada gerakan koin untuk membantu warga yang masih berada di bawah garis kemiskinan.  

"Ya antara lain upayanya ya ini, dari gerakan koin, konsolidasi, merasa terpanggil jadi warga NU untuk menyumbangkan walaupun dua ribu rupiah nanti kumpul jadi banyak," katanya.   

Sementara di sela-sela sambutannya, Said Aqil juga menjelaskan bahwa saat ini bunyi sila kelima dalam Pancasila yakni keadilan sosial masih belum terealisasikan. Sebab ketimpangan sosial begitu jauh memisahkan antara warga yang kaya dan yang miskin.   

Said mencontohkan di Indonesia terdapat empat orang kaya di Indonesia dengan nilai kekayaan yang dimilikinya sama dengan 100 juta rakyat Indonesia. "Ada perusahaan yang punya mengelola 5 juta hektare tambang, perkebunan. Tapi orang-orang seperti Solikin, Jumadi, Madrais, satu jengkal saja tak punya. penghasilan sehari-hari cukup buat sehari itu, kalau tidak ada ya puasa. Itu masih terjadi," katanya.  

Lebih dari pada itu, menurut Said orang-orang miskin pun kesulitan ketika mencari pendanaan di perbankan. Hal ini berbanding terbalik dengan orang-orang kaya yang justru selalu mendapat tawaran pinjaman modal dari perbankan. 

Sebab itu momentum harlah NU ke-94, Said berharap NU ke depannya bisa memberi kontribusi lebih dalam mendorong kemandirian ekonomi umat. "Kalau orang miskin cari duit ke bank itu sampai gemeteran, setengah mati sulitnya minta ampun. Kalau konglomerat banknya yang dateng nawarin," katanya.  

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement