REPUBLIKA.CO.ID, MADIUN -- Kepala Subdirektorat Perencanaan, Direktorat Irigasi dan Rawa Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Muhammad Tahid, Rabu (29/1), mengecek langsung kondisi saluran di Rejosari, Kabupaten Madiun, Jawa Timur. Didampingi oleh beberapa instansi terkait, pria yang biasa disapa Tahid ini, mengecek langsung saluran irigasi yang sudah mulai mengalami pendangkalan dan penyempitan.
Kholid Abdillah selaku pimpinan cabang Dompet Dhuafa Jawa Timur yang yang mendampingi rombongan dari Kementrian PUPR mengatakan, saat ini para petani mengalami beberapa masalah, diataranya adalah kesulitan mendapatkan akses pengairan karena aliran irigasi tidak sederas beberapa tahun silam. Mereka terpaksa membuat sumur tanah. Tentu hal ini membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Hanya petani yang berkecukupan saja yang bisa melakukannya.
"Adapun petani miskin, mereka harus rela memangkas keuntungan hasil taninya untuk mendapatkan air dari sumur tanah yang dialirkan menggunakan sibel,” ujarnya dalam siaran pers.
Slamet, petani binaan Rumah Belajar Dompet Dhuafa (RB DD) mengatakan, ia berharap segera dilakukan pengerukan dan pembersihan saluran irigasi agar air kembali lancar dan jika hujan turun dengan intensitas tinggi tidak menyebabkan banjir. "Dengan irigasi lancar, kami bisa berhemat dan tidak mengeluarkan banyak biaya,” katanya.
Usai mengecek lokasi, rombongan mengunjungi RB DD, zona mandiri dan berdaya yang diinisiasi oleh jurnalis senior Parni Hadi. RB DD melalui Parni Hadi adalah instansi yang pertama kali berinisiatif mengatasi permasalahan irigasi yang ada di sekitar kecamatan Sawahan dan menghubungi pihak-pihak terkait.
Konsep pengembangan holistic RB DD Rejosari setelah normalisasi saluran irigasi adalah, melakukan penanaman pohon buah atau bunga sepanjang pinggir saluran, penebaran benih ikan, pembuatan sumur biopori, embung, PAH (penampung air hujan) untuk bantu pengairan, mendirikan unit usaha pembuatan pupuk organik dalam skala kecil dan makanan ternak (memanfaatkan sisa batang padi pascapanen), pengembangan demplot pertanian ramah lingkungan, kursus atau diklat untuk pertanian, seni budaya, bahasa Inggris, jurnalistik, home industries, kuliner, kepramukaan, relawan sosial, kader sehat dan tentunya wisata desa dengan atraksi alami (air, ikan, tanaman) seni budaya lokal.
Parni Hadi menegaskan, untuk mewujudkan semua kegiatan tersebut memerlukan kerja sama multisektor pemerintahan atau dinas serta pelibatan masyarakat dan komunitas pendukung.
Di akhir kunjungannya, M Tahid beserta rombongan dari beberapa Dinas terkait berdiskusi bersama para petani terkait sistem pengairan saat ini. Banyak aspirasi yang disampaikan dan Ditjen Sumber Daya Air langsung merespon dengan usaha-usaha konkrit. Dalam waktu dekat, akan dilakukan pengerukan endapan-endapan di sepanjang saluran menggunakan excavator.