REPUBLIKA.CO.ID, PARIGI MOUTONG -- Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) melakukan aksi Pengentasan Stunting melalui pemanfaatan potensi kelapa di Desa Tandaigi, Kecamatan Siniu, Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah, Jumat (24/1).
Program tersebut dilaksanakan oleh tim dari Rumah Sehat Baznas (RSB) bekerjasama dengan desa dan pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) dalam rangka memperingati Hari Gizi Nasional dan Milad Baznas ke-19. Bahan baku kelapa yang menjadi kekayaan alam Parigi Moutong diolah menjadi VCO (Virgin Coconut Oil) dan biskuit blondo sebagai makanan tambahan untuk memenuhi kebutuhan gizi bagi anak usia di bawah lima tahun (balita) dan ibu hamil.
Hadir dalam kegiatan ini, Wakil Bupati Parigi Moutong Badrun Nggai, Direktur Pendistribusian dan Pendayagunaan Baznas, Irfan Syauqi Beik, dan Kepala Lembaga Program Rumah Sehat Baznas, Dr Reza Ramdhoni.
Irfan menjelaskan kegiatan aksi pengentasan stunting yang diinisiasi oleh Baznas ini merupakan komitmen untuk membantu pemerintah dalam pengentasan gizi buruk demi mencetak generasi unggul penerus bangsa yang unggul. “Stunting bukan hanya masalah pemerintah saja, namun seluruh masyarakat harus turun tangan ikut berperan aktif bergerak untuk pencegahan hingga pengentasan. Baznas siap menjadi inisiator untuk mengajak berbagai pihak bergerak bersama memutus mata rantai stunting di Indonesia dengan berbagai program berbasis nutrisi,” ujarnya.
Irfan menambahkan Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki lahan tanaman kelapa terbesar di dunia, namun bukan yang terdepan dalam hal pemanfaatan tanaman kelapa. Untuk itu potensi ini harus dikembangkan mengingat Kabupaten Parigi Moutong merupakan salah satu Kabupaten di Sulawesi dengan perkebunan kelapa yang luas.
“Rumah Sehat Baznas Parigi Moutong berinovasi untuk mengentaskan stunting dengan memaksimalkan potensi sumber daya alam di sekitar. Yaitu pembuatan VCO dan biskuit blondo untuk balita dan ibu hamil lewat pengolahan kelapa adalah contohnya. Dengan adanya program ini diharapkan benar benar memiliki dampak nyata dalam pengentasan stunting khususnya di Desa Tandaigi ini,” jelasnya.
Selain mengadakan pelatihan pembuatan dan penyaluran VCO dan biskuit Blondo untuk balita dan ibu hamil, Rumah Sehat Baznas Parigi Moutong juga melakukan kegiatan lain untuk pengentasan stunting diantaranya penguatan kader sehat, menyediakan sarana cuci tangan dan edukasi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), pembangunan jamban sehat keluarga dan Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) remaja.
Mengutip dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes), stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada balita akibat dari kekurangan gizi kronis, sehingga anak terlalu pendek untuk usianya. Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal setelah bayi lahir, namun baru nampak setelah bayi berusia dua tahun.
Data dari Riset Kesehatan Dasar Kemenkes pada 2013 menyebutkan, di Indonesia, sekitar 37 persen atau hampir 9 Juta anak balita mengalami stunting. Di seluruh dunia, Indonesia adalah negara dengan prevalensi stunting kelima terbesar.
Balita yang mengalami stunting akan memiliki tingkat kecerdasan tidak maksimal, menjadikan anak menjadi lebih rentan terhadap penyakit dan di masa depan dapat beresiko pada menurunnya tingkat produktivitas. Pada akhirnya, secara luas stunting akan dapat menghambat pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kemiskinan dan memperlebar ketimpangan.