REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Satu keluarga asal Denmark mengunjungi Yogyakarta selama satu pekan yakni sejak 9 hingga 16 Januari 2020 lalu. Keluarga yang terdiri atas lima orang tersebut, belajar Alquran dan cara berdakwah dari PPPA Daarul Qur'an Yogyakarta, pesantren hingga Kampung Qur'an Merapi dan Rumah Tahfidsz Daarul Qur’an Matahati.
Pimpinan PPPA Daarul Qur’an Yogyakarta, Maulana Kurnia Putra mengatakan, kunjungan ini juga bermaksud untuk saling mengenalkan program-program dakwah dari PPPA Daarul Qur’an di Indonesia. Khususnya di wilayah Yogyakarta.
Kunjungan tersebut dilakukan pada aktivitas dakwah Alquran dan aktivitas sosial yang dilakukan oleh PPA Daarul Qur'an. Untuk itu, ia pun berharap kunjungan dari luar negeri tersebut dapat memberikan manfaat kepada kedua negara.
"Semoga dapat terus memberikan manfaat kepada seluas-luasnya di Indonesia dan luar negeri. Bismillaah, segera menuju dakwah PPPA Daarul Qur’an di lima benua," kata Maulana dalam siaran pers yang diterima Republika, Selasa (21/01).
Selama kunjungan satu keluarga ini di Yogyakarta, mereka mengawali kegiatan bersama Santri Beasiswa Tahfidz Qur’an (BTQ) for Leaders wilayah Yogyakarta. Santri tersebut merupakan penerima manfaat beasiswa perguruan tinggi dari PPPA Daarul Qur’an.
"Para santri siang itu menjelaskan rancangan program sosial pemberdayaan komunitas di Kali Code, Yogyakarta yang bertajuk The Riverside Green and Aroma," ujarnya.
Saat berbagi pengetahuan dan pengalaman bersama santri, kata Maulana, rancangan program tersebut diapresiasi oleh keluarga muslim Denmark tersebut. Sebab, program itu tidak hanya memberikan beasiswa secara finansial.
Namun, juga melatih dan mendidik para penghafal Alquran untuk memiliki kapasitas lapangan secara langsung. "Jadi berdampak sosial secara berkelanjutan disamping para penerima manfaat juga diedukasi untuk menghafal 30 juz Alquran," ujarnya.
Setelah berbagi bersama santri, muslim Denmark ini lanjut mengunjungi Kampung Qur’an Merapi di Dusun Kalitengah Kidul, Glagaharjo, Cangkringan, Sleman. Di sana, mereka mendengarkan kisah asli yang menceritakan tentang kesederhanaan dakwah Mbah Joyo di kampung tersebut.
Ibu dari keluarga muslim Denmark, Rukhsana Bibi pun kagum dengan kisah yang mereka dengar terkait Mbah Joyo. Bahkan, anak ketiganya yakni Maleeha juga kagum dengan sosok Mbah Joyo yang menurutnya sosok yang rendah hati.
"Subhanallah! Suatu tindakan yang rendah hati. Semoga Allah memberinya (Mbah Joyo) tempat tertinggi di Jannah, Amin. Dia adalah sosok yang rendah hati, dan kita bisa belajar bahwa kita jangan meremehkan kekuatan dari suatu perbuatan yang kecil. Memberikan kebahagiaan kepada orang lain adalah segalanya," ujar Maleeha.
Selaik itu, keluarga tersebut juga mengunjungi Pesantren Tahfidz Daarul Qur’an di Ungaran, Semarang. Di sana, mereka belajar memahami sistem pendidikan di pesantren, baik di program tahfidz, madrasah dan sekolah formalnya.
Di pesantren itu, anak Rukhsana yakni Rukhsar Asif dan Maleeha berbagi dan memberikan motivasi kepada 245 santri. Rukhsar bercerita, aktivitas ia dan keluarganya di Denmark yakni mengurus sekitar 200 keluarga pengungsi.
Kunjungan terakhir keluarga tersebut yakni ke Rumah Tahfidz Daarul Qur’an Matahati di Dusun Popongan, Sleman. Di rumah tahfidz ini mereka belajar memahami metode Tahsin dan Tahfidz yang dipakai di Rumah Tahfidz Daarul Qur’an Matahati.
Rukhsar dan Maleeha pun berharap ilmu yang mereka dapatkan selama kunjungan tersebut dapat memberi kekuatan. Sekaligus memberi motivasi dan inspirasi untuk berdakwah di Eropa yang seringkali mendapat tantangan secara sosial dan politik.